Lifestyle
Selasa, 13 Oktober 2015 - 12:00 WIB

TRENDING SOSMED : Hari Tanpa Bra, Tagar #NoBraDay Antisipasi Kanker Payudara

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi wanita memakai bra (Breasttalk.co.uk)

Trending sosmed kali ini menampilkan tagar #NoBraDay.

Solopos.com, SOLO — Di media sosial Twitter, Selasa (13/10/2015), muncul tanda pagar (tagar) hashtag #NoBraDay dalam rangka memperingati Hari Tanpa Bra.

Advertisement

Sebagaimana Solopos.com kutip dari Medicalnewstoday, Selasa, isu tentang pakaian dalam bra, bisa menyebabkan kanker dipicu oleh tulisan Sydney Ross Singer dan Soma Grismaijer, berjudul Dressed To Kill, yang terbit pada 1995.

Munculnya kekhawatiran masyarakat tentang kemungkinan risiko wanita terkena kanker payudara, karena pemakaian bra ini pun menggerakkan komunitas pencegah kanker payudara, berkampanye soal bahaya memakai bra. Dilansir Inquisitr, gerakan Hari Tanpa Bra ini mulai digaungkan pada 2011 di media sosial.

Advertisement

Munculnya kekhawatiran masyarakat tentang kemungkinan risiko wanita terkena kanker payudara, karena pemakaian bra ini pun menggerakkan komunitas pencegah kanker payudara, berkampanye soal bahaya memakai bra. Dilansir Inquisitr, gerakan Hari Tanpa Bra ini mulai digaungkan pada 2011 di media sosial.

Terkait dengan anggapan bra bisa menghambat sirkulasi getah bening sehingga memicu munculnya kanker payudara ini, seorang peneliti di Divisi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fred Hutchinson Cancer Research Center dan seorang mahasiswa doktor di Departemen Epidemiologi, University of Washington School of Public Health, Seattle ini, menjelaskan anggapan tersebut tidak terbukti dalam ilmu kesehatan.

“Ada beberapa kekhawatiran bahwa salah satu penyebab kanker payudara banyak terjadi di negara maju daripada di negara berkembang karena pemakaian bra,” kata Lu Chen.

Advertisement

Dalam buku Dressed To Kill, penulis mengklaim wanita yang memakai bra selama 12 jam sehari memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara, daripada wanita yang tidak memakai bra.

Untuk menjawab kekhawatiran publik mengenai penggunaan bra ini, sejumlah ahli di American Cancer Society melakukan penelitian soal isu tersebut. Dan hasil penelitian itu membantah anggapan bahaya bra.

Sementara itu, Chen dan timnya juga melakukan studi mengenai korelasi pemakaian bra dengan kemungkinan kanker payudara. Dalam studinya, Chen menggunakan sampel tiga kelompok.

Advertisement

Dua kelompok, yaitu 454 wanita dengan karsinoma duktal invasif dan 590 wanita dengan karsinoma lobular invasif, adalah kelompok yang paling umum terserang kanker payudara. Serta kelompok netral atau terkontrol, 469 perempuan. Seluruh peserta penelitian berusia 55-57 tahun.

Chen dan timnya mengajukan pertanyaan meliputi ukuran bra, berapa lama peserta penelitian memakai bra, dan informasi tentang riwayat keluarga mereka.

Hasil dari penelitian Chen dan timnya, mereka tak menemukan adanya korelasi lama waktu pemakaian bra dengan risiko wanita terserang kanker payudara.

Advertisement

“Ada beberapa saran di media awam, bahwa pemakaian bra bisa menjadi faktor pemicu risiko kanker payudara. Beberapa pihak beranggapan aliran darah di dalam dan sekitar payudara dapat terhambat oleh bra. Hasil penelitian kami tidak membuktikan hal yang mengejutkan itu,” ujar Chen.

Kendati sejumlah penelitian tidak menunjukkan adanya korelasi kanker payudara dengan pemakaian bra, pada 2013, melalui Medicalnewstoday, hasil studi para peneliti di University of Besancon di Prancis, selama 15 tahun, mengklaim pemakaian bra berbahaya.

Profesor Jean Denis Rouillon, yang memimpin penelitian itu, menyatakan bra memicu terjadinya rasa sakit pada payudara dan bisa melemahkan otot-otot yang menahan payudara, sehingga kemungkinan payudara kendur lebih besar.

“Secara medis, fisiologis, anatomis, payudara tidak mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, payudara akan mengendur dengan memakai bra,” ujar Rouillon.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif