News
Selasa, 13 Oktober 2015 - 14:15 WIB

PERKEMBANGAN INDUSTRI : Bahan Baku Masih Impor, Pengusaha Makanan Minta Dukungan Jokowi

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Perkembangan industri khususunya industri makanan dan minuman masih bergantung pada bahan baku impor.

Solopos.com, JAKARTA — Mayoritas bahan baku untuk industri makanan dan minuman berasal dari produk impor. Pasalnya, industri dalam negeri belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan industri tersebut.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi Lukman, di Kantor Presiden di Jakarta, Selasa (13/10/2015).

“Bukannya kami ingin beli impor, kami juga berharap dapat memanfaatkan produk lokal. Akan tetapi belum seluruhnya tersedia, dan ini menjadi masalah,” kata dia.

Sebagian besar bahan yang digunakan industri makanan dan minuman diimpor dari Australia dan India, karna sesuai dengan standar yang diperlukan.

Advertisement

Adhi menuturkan Gapmmi meminta dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memastikan pasokan bahan baku di dalam negeri, seperti gula, garam, dan daging sapi untuk industri.

Hal itu, kata dia, untuk menjaga keberlangsungan industri makanan dan minuman di Tanah Air.

Menurut Adhi, Presiden telah menyatakan komitmennya untuk menjaga kelancaran pasokan bahan baku di dalam negeri. Apalagi, industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor dengan kontribusi terbesar terhadap penerimaan negara.

Advertisement

Tahun lalu, kontribusi industri makanan dan minuman menyumbang sekitar Rp5,5 miliar kepada penerimaan negara. Kontribusi sektor tersebut terhadap produk domestik bruto pun cukup besar, mencapai 32% dari total kontribusi industri nonmigas.

“Industri makanan dan minuman juga sangat strategis dan padat karya, karena menyerap hampir 4 juta tenaga kerja, dan menyebabkan multiplier effect hingga empat kali lipat pada industri pendukungnya,” ujarnya.

Sebelumnya, Adhi juga mengkritik rencana penghentian impor garam, karena akan membuat industri makanan dan minuman kebingungan mencari bahan baku.

Penggunaan garam sangat krusial pada industri makanan dan minuman, karena menjadi salah satu standar dari produk yang dihasilkan. Industri makanan dan minuman setidaknya membutuhkan sekitar 397.000 ton per tahun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif