Jogja
Selasa, 13 Oktober 2015 - 08:20 WIB

MALAM 1 SURA : Kraton Jogja Gelar Topo Bisu Mubeng Benteng Rabu Malam

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kirab Mubeng Beteng (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto/ilustrasi)

Malam 1 sura kali ini dikawal ratusan aparat keamanan

Harianjogja.com, JOGJA-Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menetapkan satu Suro jatuh pada Kamis (15/10/2015). Dengan demikian tradisi lampah budaya topo bisu Mubeng Benteng akan digelar pada Rabu (14/10/2015) malam.

Advertisement

“Lampah budaya Mubeng Benteng, Rebo malem Kemis Pahing 14 Oktober, 1 Sura Jimawal 1949, tahun jawa,” kata Wakil Pengageng Tepas Tandha Yekti, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudahadiningrat di Kraton, Senin (12/10/2015).

Yudahadingrat mengatakan tradisi tahunan itu akan diikuti oleh abdi dalem punakawan, abdi dalem kaprajan, prajurit Kraton, serta masyarakat umum. Seperti biasanya ritual tapa bisu ini juga dibanjiri oleh masyarakat dari luar DIY.

Advertisement

Yudahadingrat mengatakan tradisi tahunan itu akan diikuti oleh abdi dalem punakawan, abdi dalem kaprajan, prajurit Kraton, serta masyarakat umum. Seperti biasanya ritual tapa bisu ini juga dibanjiri oleh masyarakat dari luar DIY.

Menurutnya, ritual topo bisu Mubeng Benteng yang sudah berlangsung sejak dahulu itu dimaknai sebagai wujud doa agar Kraton selalu mendapat berkah dan dilindungi dari marabahaya, serta doa untuk kesejahteraan masyarakat DIY.

Terkait ada sebagian masyarakat yang akan Mubeng Benteng pada Selasa malam, Yudahadingrat tidak mempersoalkannya, karena mungkin mendasarkan pada hitungan kalender Masehi. Yang jelas, ia menegaskan Kraton tetap berpegangan pada Kalender Sultan Agungan sejak zaman mataram sampai sekarang.

Advertisement

Panitia Acara Lampah Budaya Mubeng Benteng Kraton, Kanjeng Raden Tumenggung Gondohadiningrat menjelaskan tradisi Mubeng Benteng tahun ini akan dimulai puukul 21.30 WIB di Kagungan Dalem Pelataran Keben. Hal ini berbeda dari tahun sebelumnya, yakni pukul 20.00 WIB.

Menurut Gondohadiningrat cara dimulai lebih malam agar masyarakat tidak terlalu lama menunggu momen Mubeng Benteng pukul 00.00 WIB. Sebelum peserta Mubeng Benteng dilepas oleh sejumlah pengageng Kraton, terlebih dahulu diawali kenduri, macopat, dan doa bersama di halaman Keben.

Selanjutnya pengarahan dari panitia acara dan Dinas Kebudayaan DIY. “Lampah budaya Mubeng Benteng didahului barisan Bergodo Kraton untuk menjaga agar barisan peserta mubeng tetap rapi dan terjaga,” papar Gondohadiningrat.

Advertisement

Ritual yang sudah ditetapkan menjadi warisan budaya nasional oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini juga akan dikawal oleh sekitar 200 personel kepolisian, TNI, dan tenaga pengamanan paksikaton. Selain itu dua unit ambulance dari PMI Kota Jogja juga disiagakan.

Kepala Bidang Sejarah Purbakala dan Museum, Dinas Kebudayaan DIY, Erlina Hidayati menambahkan tradisi Mubeng Benteng sudah resmi ditetapkan menjadi warisan budaya nasional. Dengan demikian, pihaknya akan ikut menjaga kelestarian tradisi tersebut melalui fasilitas dan anggarannya. Sebab, jika tradisi itu hilang, penghargaan warisan budaya nasional bisa dievaluasi kembali.

Dalam pemberian fasilitas dan anggaran kegiatan, Dinas Kebudayaan akan mengakui tradisi Mubeng Benteng yang sesuai dengan ketetapan Kraton. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi Mubeng Benteng ini merupakan perjalanan mengelilingi Benteng Kraton. Abdi dalem Kraton dan masyarakat umum berjalan kaki mulai pukul 00.00 WIB pada malam 1 Suro dari Keben-Jalan Retowijayan-Jalan Kuaman-Jalan Agus Salim-Jalan Wahid Hasyim sampai Pojok Benteng Wetan.

Advertisement

Dari Pojok Benteng Kulon terus menuju Jalan MT Haryono sampai Pojok Benteng Wetan-Jalan Brigjen Katamso-Jalan Ibu Ruswo-Alun Alun Utara. Selama perjalanan tidak diperkenankan untuk berbicara. Lampu penerangan di rute yang dilalui pun dipadamkan, hanya ada beberapa penerang obor. Perjalanan ini lebih kurang sepanjang empat kilometer.

Salah satu abdi dalem Kraton, Kanjeng Raden Tumenggung Rinta Iswara mengatakan topo bisu mengelilingi benteng Kraton merupakan salah satu bentuk doa, berintrofeksi dalam kehidupan yang sudah dilalui selama setahun kebelakang, dan siap menyambut tahun baru agar lebih baik lagi.

“Ritual ini ciri khas masyarakat Jawa yang senang bertapa, laku prihatin dengan cara puasa, dan kesunyian,” kata abdi dalem yang juga salah satu anggota penghitung kalender jawa ini.

Advertisement
Kata Kunci : Malam 1 Sura Topo Bisu
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif