SOLOPOS.COM - Meme Hari Anak Nasional (Twitter/@futureadyID)
Perlindungan anak diterapkan bagi anak berhadapan dengan hukum atau ABH.
Solopos.com, SOLO – Kabupaten Klaten dan Wonogiri menempati urutan teratas jumlah kasus anak berhadapan hukum (ABH) dibandingkan daerah lainnya di Soloraya.
Kepala Subsie Bimbingan Klien Anak (BKA) Bapas Kelas II Solo, Sutomo, saat dihubungi, Minggu (11/10/2015), mengatakan tren kasus ABH di Soloraya memang meningkat. Sedikitnya, ada 155 kasus ABH terhitung sejak Januari hingga Oktober 2015.
Angka ini hanya berdasarkan catatan yang masuk ke Bapas Kelas II Solo, belum terhitung dari kasus-kasus ABH yang didamaikan tanpa keterlibatan aparat.
“Ada tren meningkat [kasus ABH]. Bahkan, jumlah kasus ABH di Sragen berada di bawah Klaten dan Wonogiri. Rata-rata, pencurian, pengeryokan atau penganiayaan, dan persetubuhan atau pencabulan,” ungkapnya.
“Jumlah persisnya per daerah saya enggak hafal. Yang jelas, Klaten, Wonogoiri paling banyak. Disusul kemudian Sragen,” papar dia.
Meski kasus ABH cukup tinggi, kata dia, namun yang melegakan ialah pola penyelesian kasus ABH tersebut 82% melalui pendekatan restorative justice. Mereka yang terlibat kasus ABH menjalani sidang peradilan di luar jalur pidana alias melalui diversi.
Sementara, sisanya 18% tetap melalui jalur peradilan pidana formal karena tak memenuhi unsur digelar diversi. “Proses diversi dengan menghadirkan keluarga pelaku, korban, pihak sekolah, masyarakat, LSM, kepolisian, dan Bapas. Masalah diselesaikan secara baik-baik tanpa peradilan pidana,” paparnya.
Menurut Sutomo, kasus ABH paling tinggi dilatari motif ekonomi dan pergaulan. Sisanya karena latar belakang broken home serta pola asuh orang tua yang tak kompak.