Teknologi
Sabtu, 10 Oktober 2015 - 08:00 WIB

Peraih Nobel Sastra 2015, Ternyata Pernah Hidup 10 Tahun di Pengasingan

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Svetlana Alexievich (Atv.pe)

Peraih nobel sastra 2015 ternyata pernah hidup selama 10 tahun di pengasingan.

Solopos.com, SOLO – Penulis Belarusia, Svetlana Alexievich, Kamis (8/10/2015), mendapat Hadiah Nobel Sastra 2015 untuk tulisan polifoniknya. Siapa sangka Svetlana Alexievich pernah hidup di pengasingan selama 10 tahun.

Advertisement

The Royal Swedish Academy of Sciences menyebut karya-karya Svetlana Alexievich sebagai satu monumen penderitaan dan keberanian pada era kita. Penerima hadiah delapan juta crown Swedia atau 972.000 dolar AS itu lahir 31 Mei 1948 di kota Ivano-Frankivsk, Ukraina.

Diberitakan Antara dari situs resmi Nobel, Jumat (9/10/2015), Svetlana Alexievich belajar jurnalisme di University of Minsk antara 1967 dan 1972. Setelah menyelesaikan sekolah, Alexievich bekerja sebagai guru dan jurnalis.

Selama bertahun-tahun dia mengumpulkan bahan untuk buku pertamanya U vojny ne ženskoe lico (1985) atau War’s Unwomanly Face (1988), yang ditulis berdasarkan hasil wawancara dengan ratusan perempuan yang terlibat dalam Perang Dunia II.

Advertisement

Svetlana Alexievich tak hanya dikenal sebagai jurnalis surat kabar lokal maupun aktivis kemanusiaan. Kerap mengkritik pemerintah, ia pernah menghabiskan hidupnya tinggal di pengasingan selama 10 tahun.

Alexievich tinggal di Italia, Prancis, Jerman, Swedia, dan negara-negara lainnya sebelum akhirnya kembali lagi ke kota Minsk. “Saya suka dunia Rusia tapi hanya persoalan manusiawi Rusia,” ujarnya, dikutip Detik.com dari berbagai sumber, Jumat (9/10/2015).

Ia kembali menegaskan dirinya tidak mencintai Beria, Stalin, dan Putin. “Betapa rendahnya mereka membiarkan Rusia tenggelam,” tegasnya.

Advertisement

Pengumuman Nobel Sastra 2015 diumumkan pada Kamis lalu waktu Stockholm. Akibat penghargaan bertaraf internasional itu Alexievich juga mendapatkan kritikan dari sesama penulis lainnya.

“Ia mewakili Rusia tanpa Putin, tanpa bahasa Rusia dan sastranya. Ia penentang pemerintah Rusia dan justru diberikan Nobel,” ucap Oleg Kashin yang berbicara di radio Ekho Moskvy.

Sebelumnya, Alexievich pernah memenangi penghargaan Swedia Pen atas keberaniannya sebagai penulis. Ia telah mengumpulkan wawancara dengan narasumber dari Uni Soviet selama 40 tahun. Tak hanya soal sejarah tapi keberaniannya mengabadikan cerita dalam novelnya.

Penulis kelahiran 1948 silam ini menggunakan metode yang luar biasa dan menulis dengan hati-hati. Kini, ia mendapatkan predikat wanita ke-14 yang meraih Nobel Sastra sekaligus mengalahkan penulis favorit lainnya, Haruki Murakami dari Jepang dan novelis Kenya Ngugi Wa Thiong’o.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif