Jogja
Jumat, 9 Oktober 2015 - 03:20 WIB

DEMAM BATU AKIK : Bisnis Tidak Stabil, Pengrajin Akik Belum Terdata

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ekspatriat memilih cicin akik di Salatiga, Kamis (25/6/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Aloysius Jarot Nugroho)

Demam batu akik fkuktuatif.

Harianjogja.com, JOGJA-Jumlah pengrajin akik di Jogja belum terdata karena usaha tersebut masih fluktuatif, bahkan menunjukkan kecenderungan menurun.

Advertisement

Hal itu diakui Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Jogja Suyana saat membuka Pameran Karya Istimewa Akik dan Kerajinan Jogja di Griya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Kamis (8/10).

Ia menyebutkan, saat ini terdapat 22.916 UMKM se-Jogja dan 75% didominasi usaha kuliner dan makanan olahan.

Advertisement

Ia menyebutkan, saat ini terdapat 22.916 UMKM se-Jogja dan 75% didominasi usaha kuliner dan makanan olahan.

“Akik bisa digolongkan dalam aksesoris tetapi untuk jumlahnya belum bisa dipastikan, menunggu situasinya stabil dulu baru bisa didata,” ujarnya.

Suyana tidak menampik jika bisnis batu mulia yang sempat menjadi tren mulai menunjukkan penurunan. Oleh karena itu, kata dia, bisnis yang berawal dari tren harus dijalankan secara hati-hati sehingga tidak seperti tren bisnis tanaman atau ikan beberapa waktu lalu yang akhirnya anjlok.

Advertisement

“Kegiatan semacam pameran ini menjadi cara untuk memberikan edukasi dan pelatihan kepada pengrajin akik untuk meningkatkan kualitas komoditasnya sehingga mampu bersaing dan tetap digemari,” tutur Suyana.

Selain pameran, kata dia, Pemkot telah mengadakan pelatihan untuk pengrajin batu akik dan memberi bantuan alat penggosok. Setidaknya, terdapat 60 pengrajin yang dibina Pemkot dan seluruhnya masih bertahan.

Deni Ranggas, pengrajin batu akik di Nitikan, mengaku terjadi penurunan omzet penjualan batu akik sampai 50% dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Ia mengungkapkan, biasanya dalam satu hari ia berhasil memperoleh pendapatan lebih dari Rp1 juta, namun sekarang hanya Rp500.000 per hari. Deni menilai penurunan tren akik disebabkan sebagian besar orang sudah memiliki koleksi akik yang beragam sehingga tidak terasa lagi keunikannya. Kendati demikian, ia belum berniat beralih pekerjaan.

Advertisement

Dikatakannya, para pelanggannya tidak hanya berasal dari DIY, melainkan juga Jakarta dan Surabaya.

“Kalau yang dari luar kota kebanyakan memang kolektor,” ucapnya.

Kepala Bidang UMKM Disperindagkoptan Jogja Tri Karyadi Riyanto menerangkan kegiatan pameran berlangsung sampai dengan Sabtu (10/10/2015) besok dan juga digelar lelang batu akik, workshop pembuatan dan pengelolaan akik, serta pengemasan komoditas tersebut.

Advertisement

“Selama ini prosesnya dilakukan dengan alat berat dan untuk mengantisipasi kecelakaan kerja maka kami beri pelatihan seputar standar pengerjaan, sekalipun sampai saat ini untungnya belum ada laporan mengenai kecelakaan kerja pembuatan akik,” kata Tri.

Advertisement
Kata Kunci : Demam Batu Akik Ukm Diy
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif