Jogja
Kamis, 8 Oktober 2015 - 19:20 WIB

PMR KULONPROGO : Hanya 10 Sekolah yang Hidupkan Kegiatan PMR

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Palang Merah Remaja (PMR) (JIBI/Solopos/Dok.)

PMR Kulonprogo hanya aktif di 10 sekolah

Harianjogja.com, KULONPROGO-Kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah diharapkan mendukung regenerasi relawan Palang Merah Indonesia (PMI). Mereka diberi pelatihan keterampilan, khususnya dalam memberikan pertolongan pertama pada kondisi darurat.

Advertisement

Ni’mah Nazulanita Rahmawati telah aktif mengikuti PMR selama hampir satu setengah tahun. Semua siswa SMP Negeri 1 Pengasih memang diwajibkan memilih ekstrakurikuler PMR saat kelas VII.

Ni’mah sendiri mengaku antusias mempelajari banyak hal seputar kesehatan. Selain materi teori, dia juga dilatih cara penanganan pertama untuk orang yang mengalami luka, patah tulang, sesak napas, hingga pingsan. “Bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari,” ungkap Ni’mah, Rabu (7/10/2015).

Hal serupa dikatakan Ika Wiji Cahyani. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pengasih itu bahkan sudah membuktikan manfaat kegiatan PMR. Dia pernah mengalami keseleo saat bermain basket. Saat itu, teman-temannya sigap memberikan pertolongan pertama dengan mencari es batu untuk mengompres kaki Ika.

Advertisement

Menurut Ika, dia dan teman-temannya sudah dibiasakan untuk tidak panik ketika melihat ada orang yang terluka atau mendadak sakit. Jika kondisinya tidak terlalu parah, setidaknya dia bisa memberikan pertolongan pertama. “Saya juga pernah membantu teman yang tiba-tiba sesak napas,” ujarnya.

Ika lalu berencana mengikuti PMR lagi jika sudah SMA nanti. Dia ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya saat ini. Ika juga mengaku terinsipirasi untuk menjadi perawat atau dokter.

Terpisah, Sekretaris PMI Kulonprogo, Arif Prastowo berharap setiap sekolah di Kulonprogo, khususnya jenjang SMP dan SMA/SMK, bisa memiliki unit kegiatan PMR. Dia mengakui, saat ini hanya ada 10 sekolah yang benar-benar aktif menjalankan kegiatan PMR.

Advertisement

Arif berpendapat, kesulitan yang dihadapi adalah ketersediaan guru pembina PMR. Jarang ada guru yang bersedia dan sanggup. Meski sudah ada upaya orientasi dari PMI Kulonprogo, Arif tidak bisa memastikan apakah guru-guru itu kemudian menghidupkan PMR di sekolah masing-masing.

Arif memaparkan, anak-anak usia sekolah memang perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan praktis mengenai pertolongan pertama pada kondisi darurat. Hal itu sekaligus menjadi upaya menumbuhkan rasa kepedulian sosial kepada sesama. “Jika ingin menolong tapi caranya salah, malah bisa jadi tambah parah lukanya,” katanya menambahkan.

Arif juga yakin jika PMR bakal memunculkan relawan baru untuk PMI di masa mendatang. Sebagian anggota PMR di jenjang SMP, terkadang kembali aktif di PMR saat SMA. Bahkan, ada juga yang kemudian mengikuti Korps Suka Rela (KSR) saat masuk perguruan tinggi. “Kami juga berencana membentuk KSR di beberapa perguruan tinggi yang ada di Kulonprogo,” ucap Arif.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif