News
Kamis, 8 Oktober 2015 - 17:00 WIB

KURS RUPIAH : Masih Undervalued, Rupiah Seharusnya Bisa Sampai Rp13.300/dolar AS

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah yang menguat hingga sejak awal pekan ini. Namun, rupiah dinilai belum mencapai level fundamentalnya.

Solopos.com, JAKARTA — Otoritas moneter menilai tren apresiasi nilai tukar rupiah sepanjang pekan masih belum menyamai level fundamentalnya. Rupiah diperkirakan bisa lebih kuat lagi jika diiringi sentimen positif dari dalam negeri.

Advertisement

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) merekam sepekan terakhir rupiah menguat hingga 6,11% setara Rp900/dolar AS, dari Rp14.709 pada Jumat (2/10/2015) lalu menjadi Rp13.809/dolar AS pada Rabu (7/10/2015).

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengemukakan syarat agar rupiah terus menguat, yakni perbaikan ekonomi dalam negeri dan rilis data pertumbuhan produk domestik bruto pada kuartal III/2015.

Advertisement

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengemukakan syarat agar rupiah terus menguat, yakni perbaikan ekonomi dalam negeri dan rilis data pertumbuhan produk domestik bruto pada kuartal III/2015.

Dengan demikian, lanjutnya, tidak hanya kurs rupiah terhadap dolar AS yang terus terangkat, melainkan level fundamental nilai tukar rupiah juga terus bergerak menanjak. Ketika ditanya apakah kurs rupiah bisa mencapai Rp13.500 terhadap greenback dalam waktu dekat, Mirza menegaskan rupiah masih sangat berpeluang untuk mendaki lebih tinggi lagi.

“Ya, bisa. Karena [level saat ini] Rp13.800an itu masih undervalued. Kami melihat masih bisa menguat lebih jauh lagi,” ujarnya di kompleks Gedung DPR, Rabu (7/10/2015) malam.

Advertisement

Selain itu, Mirza menyebutkan level inflasi yang terus berada pada bentang stabil rendah juga memberi sentimen positif mengenai perbaikan fundamental. Namun demikian, dia memaparkan topik yang masih terus harus dicermati adalah spekulasi mengenai normalisasi moneter The Federal Reserve dan pelemahan ekonomi China yang mempengaruhi pelambatan ekspor negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dalam rilis paket kebijakan moneter edisi II lalu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengutarakan hitung-hitungan otoritas moneter atas nilai fundamental rupiah masih jauh dari level yang diperdagangkan di pasar.

“Hitungan kami, secara rata-rata pada kuartal ketiga itu [nilai fundamental] Rp13.300 per dolar AS, dan kuartal empat Rp13.700/dolar AS,” kata Perry.

Advertisement

Dia mengatakan bank sentral terus berupaya mengendalikan kurs rupiah agar tidak terlalu lemah dan menahan agar volatilitas tidak terlalu tinggi, salah satunya adalah mengendalikan permintaan valuta asing dan menambah suplainya.

Beriringan dengan penguatan tajam nilai tukar rupiah, cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir September berkurang US$3,58 miliar dan kian mendekati level psikologis US$100 miliar sekaligus kembali mencetak rekor
terendah baru sepanjang 2015.

Merosotnya cadangan devisa itu juga tidak mampu menahan pelemahan nilai tukar rupiah yang anjlok 4,49% sepanjang September ke level Rp14.657 per dolar AS pada penghujung bulan. Sementara itu pada akhir bulan sebelumnya (Agustus), posisi cadev Indonesia sebesar US$105,3 miliar, turun US$2,3 miliar dari Juli yang mencapai US$107,6
miliar, melanjutkan episode penurunan cadev yang sempat menyentuh titik tertinggi sepanjang 2015 yaitu US$115,52 miliar pada Februari.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif