Soloraya
Kamis, 8 Oktober 2015 - 16:15 WIB

KETAHANAN PANGAN : Pembagian Raskin Dinilai Mengebiri Eksistensi Pangan Khas Lokal

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penemu varietas padi Rati Ratahayu asal Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Surati (kanan) menunjukkan padi hasil persilangannya didampingi Direktur LSM Gita Pertiwi, Solo, Titik Eka Sasanti (tengah) sebelum mengikuti acara Festival Pangan Sehat, Pangan Sehat Untuk Wonogiri Sehat di Balai Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Kamis (8/10/2015). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Ketahanan pangan diupayakna oleh pemerintah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.

Solopos.com, WONOGIRI – Program distribusi beras untuk rakyat miskin (raskin) dinilai kontra produktif karena mampu mengubah pola makan penduduk lokal dengan beras. Padahal masyarakat lokal sudah familiar dengan makanan nonberas seperti sagu, jagung dan sebagainya.

Advertisement

Penegasan itu disampaikan Kepala Kantor Ketahanan Pangan Wonogiri, Stefanus Pranowo di acara Festival Pangan Sehat, Pangan Sehat Untuk Wonogiri Sehat di Balai Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Kamis (8/10/2015).

Dia bersama dosen FK UNS, Difa Hanim, menjadi narasumber di acara yang digelar oleh LSM Gita Pertiwi, Solo. Dijelaskan oleh Pranowo, saat ini Indonesia masih impor beras dari berbagai negara.

Menurutnya, jika pola pikir impor tidak segera diubah maka pada 2025 sekitar 300 juta jumlah penduduk Indonesia akan tergantung pada beras.

Advertisement

Dia mencontohkan warga Papua setiap hari mengomsumsi sagu dan ketela. “Namun semenjak ada program raskin maka warga Papua beralih makan pangan beras. Jadi program raskin itu kontra produktif karena di Papua bahan pangan sagu dan ketela menjadi tersingkir,” kata dia.

Sementara Direktur LSM Gita Pertiwi, Solo, Titik Eka Sasanti, berharap El Nino yang terjadi saat tidak menjadi alasan untuk mengimpor bahan pangan dari luar negeri.

Pada bagian lain, Titik menjelaskan, Pemkab Wonogiri hendaknya berbangga hati karena seorang petani asal Tirtomoyo, Surati mampu menghasilkan bibit padi yang sudah dikembangkan petani di Provinsi Jabar, Jatim dan Jateng.

Advertisement

Menurutnya, varietas padi asal Tirtomoyo itu adalah Rati Ratahayu, hasil persilangan varietas IR64 dengan mentik wangi.

“Indonesia tidak perlu impor beras atau bahan pangan lain karena petani lokal mampu mencukupi kebutuhan sendiri. Yang dibutuhkan petani adalah perhatian pemerintah terhadap produk petani bisa terjual lancar dengan nilai wajar,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif