Soloraya
Kamis, 8 Oktober 2015 - 16:40 WIB

KEKERASAN SISWA KARANGANYAR : Siswa SMK Bhakti Karya Protes Arogansi Kepala Sekolah dan Guru

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Polisi mengawal aksi unjuk rasa siswa SMK Bhakti Karya Karanganyar, Kamis (8/10/2015). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Kekerasan siswa Karanganyar, siswa SMK Bhakti Karya menggelar demo menuntut arogansi guru terhadap siswa.

Solopos.com, KARANGANYAR–Puluhan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhakti Karya (BK) Karanganyar melakukan aksi unjuk rasa di halaman sekolah mereka, Kamis (8/10/2015) pagi.

Advertisement

Aksi tersebut sebagai bentuk protes siswa terhadap sikap kepala sekolah dan salah seorang guru yang dinilai arogan. Aksi yang dilakukan siswa dengan berkumpul dan membentangkan spanduk aspirasi mendapat pengawalan petugas Polsek Karanganyar.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, aksi dilakukan para siswa pada jam pertama kegiatan belajar mengajar (KBM) sekitar pukul 07.30 WIB. Secara bergelombang, para siswa meninggalkan ruang kelas, lalu berkumpul di sekitar tiang bendera merah putih.

Advertisement

Informasi yang dihimpun Solopos.com, aksi dilakukan para siswa pada jam pertama kegiatan belajar mengajar (KBM) sekitar pukul 07.30 WIB. Secara bergelombang, para siswa meninggalkan ruang kelas, lalu berkumpul di sekitar tiang bendera merah putih.

Beberapa siswa membentangkan spanduk bertuliskan protes terhadap sikap arogan Kepala SMK BK Karanganyar, Sri Eka Lelana, dan seorang guru berinisial WCN. Tidak terjadi aksi anarkistis dalam aksi yang berlangsung sekitar satu jam tersebut.
Tapi upaya awak media masuk ke lingkungan sekolah dihalangi beberapa guru dan murid. Mereka menutup pintu gerbang sekolah. Mereka beralasan kejadian tersebut merupakan urusan internal sekolah. Alhasil awak media hanya bisa memantau dari luar sekolah.

Salah seorang siswa yang enggan disebutkan namanya menuturkan unjuk rasa dilakukan lantaran pihak sekolah kerap memberikan hukuman fisik, seperti push up, berlari keliling lapangan, atau berguling-guling di lantai.
“Sering ada hukuman fisik,” ujar dia.

Advertisement

Sebagian lain siswa yang melanggar aturan sekolah dihukum dengan membersihkan lingkungan sekolah. Menurut dia, hukuman diberikan untuk membentuk karakter siswa yang disiplin. Dia membantah melakukan tindak kekerasan kepada siswa.

Dia mengakui pemberian hukuman tersebut tidak serta merta membuat siswa berhenti melakukan pelanggaran. Bahkan beberapa pelanggaran aturan sekolah seringkali dilakukan oleh siswa yang sama.

“Kesalahannya terlembat datang, dan membolos,” kata dia.

Advertisement

Sri Eka membantah bahwa para siswa melakukan unjuk rasa. Dia beralasan para siswa sebatas melakukan sarasehan dengan jajaran guru. Sarasehan diklaim dia sebagai kegiatan rutin sekolah.

“Masalah ini hanya salah paham,” ujar dia.

Saat sarasehan Sri Eka mengakui ada aspirasi siswa yang meminta supaya tidak ada hukuman fisik. Usulan tersebut disetujui para guru. Ke depan, menurut dia, setiap pelanggaran aturan akan dihukum dengan membaca kitab suci, dan Salat Dhuha bagi muslim.

Advertisement

Dia mengklaim masalah tersebut telah dicapai kesepakatan antara para siswa dan jajaran guru.
“Tidak ada demo siswa, hanya salah paham. Mereka memang kami undang sebelumnya untuk mengikuti sarasehan dengan jajaran guru,” sambung dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif