Soloraya
Kamis, 8 Oktober 2015 - 14:15 WIB

ASAL USUL : Asale Palur Diyakini dari Kata "Parleur"

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melintas di dekat papan petunjuk Jl. Sidobejo di Dukuh Palur RT 005/RW 003, Desa Ngringo, Jaten, Karanganyar, Jumat (25/9/2015). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Asal usul ini terkait cikal bakal Dukuh Palur.

Solopos.com, KARANGANYAR – Cikal bakal Dukuh Palur, Desa Ngringo, Kecamatan Jateng, Karanganyar, diyakini tak lepas dari sosok Mbah Mbenggol.

Advertisement

“Cikal bakal Dukuh Palur itu dari Mbah Mbenggol. Anak kepala dusun zaman dulu. Kalau wilayahnya sekarang ya Desa Palur, Mojolaban, Sukoharjo itu,” kata Gito, Ketua RT 004/ RW 003 Palur saat berbincang di rumahnya di dekat Balai Desa Ngringo, Jaten, Jumat (25/9/2015).

Alkisah, beber Gito, Mbah Mbenggol mendapat kepercayaan mengelola pasar besar di wilayah bernama Ngentak. Wilayah itu diberi nama Ngentak karena lahannya luas.

Advertisement

Alkisah, beber Gito, Mbah Mbenggol mendapat kepercayaan mengelola pasar besar di wilayah bernama Ngentak. Wilayah itu diberi nama Ngentak karena lahannya luas.

Sayangnya, tidak ada pepohonan di lokasi tersebut. Padahal, Mbah Mbenggol  tinggal di seberang wilayah Ngentak. 

Lokasi pasar itu, kata Gito, sekarang menjadi deretan rumah toko di tepi Jalan Raya Palur. Gino menggambarkan pasar itu luas. Saking luasnya, lokasi pasar itu sekarang berwujud jalan raya, bahkan menjadi jalan layang atau flyover.

Advertisement

“Nah, rumahnya makin lama makin banyak. Wilayah yang dulu dipakai bangun rumah itu sekarang menjadi RT 005/RW 003 ini. Ada dua keturunan Mbah Mbenggol yang tinggal di RT 005. Dari generasi kedua dan ketiga,” cerita Gito.

Gito menyebut RT 005 sebagai induk Dukuh Palur. Lalu, dia bercerita bagaimana salah satu dukuh di Desa Ngringo itu bernama Palur. Gito berhenti sebentar untuk mengingat.

“Cerita turun temurun. Dahulu di pertigaan jalan ada semacam gazebo. Orang asing nyebut itu parleur. Itu pertigaan yang dulu ada tugu Intanpari. Pernah dipakai untuk pos penjagaan, orang jual bensin, dan lain-lain,” tutur dia.

Advertisement

Namun, lidah orang Indonesia mengucapkan kata itu menjadi palur. “Sampai sekarang jadi Palur ini. Nah, wilayah yang ditinggali Mbah Mbenggol dan pedagang pasar itu dikenal dengan Palur. Jadi, bisa dikatakan Mbah Mbenggol ini pendiri Dukuh Palur,” jelas dia.

Gino mengaku selalu menceritakan kisah turun temurun ini kepada warga saat memperingati HUT Republik Indonesia. Dia kembali mengingat keturunan Mbah Mbenggol.

Mbah Mbenggol, kata dia, kini sudah memiliki lima generasi. Warga sekitar memercayai makam Mbah Mbenggol berada di depan Pasar Palur, tepatnya di dekat parkir sepeda motor. Pohon asam menaungi makam milik Kepala Dusun Palur kali pertama.

Advertisement

“Kami tidak memiliki penanda khusus Dukuh Palur. Hanya ada punden Gus Bejo yang dipercayai sebagai orang kepercayaan Mbah Mbenggol selama menjadi kadus. Lalu nama Jalan Sidobejo yang kami yakini diambil dari nama Gus Bejo,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif