Jogja
Rabu, 7 Oktober 2015 - 21:20 WIB

KERAJINAN BAMBU : Bahan Baku Kerajinan Bambu Gunungkidul Banyak Dipasok dari Luar Daerah

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Kerajinan bambu banyak terdapat di Gunungkidul namun bahan baku lebih banyak dari luar daerah

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus menggalakkan budidaya tanaman bambu. Kebijakan itu diambil karena kebutuhan bahan baku industri kerajinan berbahan bambu banyak dipasok dari luar daerah.

Advertisement

Setiap tahunnya, pemkab menargetkan pembukaan lahan untuk tanaman bambu seluas sepuluh hektare. Hingga sekarang, luas lahan yang tersedia mencapai 130 hektare.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan, banyak manfaat yang didapatkan dengan adanya pengembangan tanaman bambu. Selain untuk mengatasi lahan kritis, budidaya juga untuk memenuhi bahan baku industri kerajinan tangan berbahan dasar anyaman.

Advertisement

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan, banyak manfaat yang didapatkan dengan adanya pengembangan tanaman bambu. Selain untuk mengatasi lahan kritis, budidaya juga untuk memenuhi bahan baku industri kerajinan tangan berbahan dasar anyaman.

“Kami mengembangkan merata di seluruh kecamatan. Hasilnya luas lahan yang ada bertambah dan hingga sekarang mencapai 130 hektare,” kata Bambang kepada awak media, Selasa (6/10/2015).

Dari data yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul, permintaan kerajinan bambu ke luar negeri mencapai 2.000 kontainer. Namun dari jumlah ini, pasokan dari Gunungkidul baru 730 kontainer. “Prospeknya sangat bagus, sehingga kami memasukkan tanaman bambu dalam program pembudidayaan,” katanya lagi.

Advertisement

“Pasokan bahan baku banyak didatangkan dari Madiun, Sleman, Magelang hingga Pacitan. Bahkan untuk jenis wuluh [diambil dari Madiun] satu truk bambu, perajin merogoh kocek hingga Rp20 juta,” ungkapnya.

Dia menambahkan, beberapa jenis bambu yang dikembangkan antara wuluh, wulung, apus, petung dan bambu hijau. Bambang mengungkapkan, untuk pengembangan tidak ada kesulitan, karena tanaman itu bisa tumbuh dimana pun tempat. “Setiap tahun kami menargetkan ada tambahan lahan seluas sepuluh hektare,” ungkapnya.

Diharapkan dengan adanya pengembangan tanaman ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarkat. “Kalau dilihat dari sisi bisnis, bambu memiliki prospek yang sangat bagus. Adapun manfaat lainnya, tanaman ini juga bisa mencegah terjadinya banjir,” imbuhnya.

Advertisement

Terpisah, Kepala Desa Watusigar, Ngawen, Pardi menjelaskan, di desanya ada tiga dusun yang menjadi sentra industri kerajinan bambu. Sayangnya, bambu yang ada belum mencukupi kebutuhan bahan baku di wilayah tersebut.

“Para perajin kesulitan mendapatkan bahan baku. Untuk itu, warga terpaksa mengambil tambahan baku dari wilayah Tempel, Sleman,” kata Pardi.

Disinggung mengenai pengembangan budidaya bambu oleh pemkab, Pardi tidak tahu menahu. Jika memang ada, maka dia berharap agar desanya mendapatkan alokasi lahan untuk pengembangan. “Ini sangat penting untuk keberlangsungan para perajin. Jika program itu bisa berhasil, maka pengusaha tidak perlu lagi jauh-jauh mendatangkan bahan baku dari luar daerah,” ujar Pardi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif