Soloraya
Rabu, 7 Oktober 2015 - 04:40 WIB

AKSI WARGA BOYOLALI : Warga Desa Butuh Demo Pabrik Air Minum Dalam Kemasan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aksi warga Desa Butuh, Mojosongo, Boyolali, Selasa (06/10/2015). (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Aksi warga Boyolali, aksi unjuk rasa dipicu tidak responsnya perusahaan terhadap aspirasi warga.

Solopos.com, BOYOLALI–Ratusan warga Desa Butuh, Mojosongo yang mengatas namakan diri Gerakan Masyarakat Apirasi Peduli (GMAP) menggelar aksi unjuk rasa di pabrik air kemasan milik PT Tirta Armata Prima, Selasa (6/10/2015). Aksi itu dipicu karena perusahaan tidak merespons aspirasi warga.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, Selasa, aksi unjuk rasa tersebut mendapatkan pengawalan ketat dari Polsek Mojosongo. Warga membawa sejumlah spanduk bertuliskan agar perusahaan mempekerjakan warga setempat hingga meminta agar perusahaan merealisasikan kompensasi kepada warga.

Warga yang kecewa dengan sikap perusahaan melampiaskan dengan mencoret-coret tembok, pintu masuk pabrik, dan membakar ban bekas. Selain itu, warga juga melakukan konvoi motor tepat di depan pabrik.

Koordinator aksi Joko Marsila mengatakan sikap pabrik PT Tirta Armata Prima terkesan tidak menghargai warga. Perusahaan hanya mempekerjakan warga setempat sebanyak empat orang dari total keseluruhan karyawan sebanyak 150 orang.

Advertisement

“Perusahaan yang berdiri di suatu wilayah seharusnya mengutamakan warga setempat untuk dipekerjakan. Namun, yang terjadi perusahaan itu justru sebaliknya lebih banyak mempekerjakan warga luar daerah,” ujar Joko saat ditemui wartawan, Selasa.

Joko mengatakan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan sangat minim diberikan kepada warga. Sejumlah proposal yang dimasukan ke perusahaan untuk kegiatan warga seperti acara tirakatan tidak pernah disetujui perusahaan.

“Perusahaan memiliki enam sumur penampungan air dan air itu diambil dari desa. Seharusnya perusahaan memberikan kompensasi kepada warga yang layak,” kata Joko.

Advertisement

Menurut Joko, dari tiga rukun tetangga (RT) di sekitar berdirinya babrik hanya satu RT yang setiap bulan diberikan uang senilai Rp1 juta oleh perusahaan. Ia meminta kepada perusahaan untuk memenuhui semua tuntutan warga. Tuntutan itu diantaranya menambah jumlah tenaga kerja dari desa, kompensasi lingkungan, dan meminta warga diikutkan dalam ekspedisi perusahaan.

“Perusahaan berjanji menyetujui tuntutan warga salah satunya soal perekrutan tenaga kerja diperbanyak warga dari Desa Butuh,” kata dia.

Sementara itu, dimintai konfirmasi pihak perusahaan enggan memberikan keterangan kepada wartawan terkait aksi unjuk rasa warga Desa Butuh.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif