Jatim
Selasa, 6 Oktober 2015 - 17:05 WIB

HIV/AIDS : Lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu Ditutup, Kesehatan Pemandu Lagu Sulit Dipantau…

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi karaoke (JIBI/Semarangpos.com/Dok)

HIV/AIDS di Tulungagung semakin sulit dipantau Komisi Penanggulangan AIDS setelah penutupan lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu.

Madiunpos.com, TULUNGAGUNG — Penutupan lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu di Tulungagung mulai berdampak. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur kini kesulitan memantau kondisi kesehatan para pemandu lagu akibat banyaknya kafe dan rumah karaoke yang beroperasi di wilayah tersebut pascapenutupan kedua lokalisasi itu pada 2012 lalu.

Advertisement

“Penyebab utamanya karena pemilik usaha kurang kooperatif saat KPA bersama tim kesehatan bermaksud melakukan pemeriksaan terhadap [pemandu lagu] pekerjanya. Mereka beranggapan jika kedatangan pihak dinkes mengganggu jam kerja mereka,” kata Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Didik Eka di Tulungagung, tatkala diwawancarai Kantor Berita Antara, di pengujung September 2015.

Didik mengungkapkan, KPA bersama jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung sebenarnya aktif melakukan pemeriksaan kesehatan para pemandu lagu maupun pelayan warung kopi, semenjak dua lokalisasi di daerah itu, Ngujang dan Kaliwungu, resmi ditutup pada 2012.

Lebih 700 Orang
Pemeriksaan atau pemantauan kesehatan para perempuan pemandu lagu itu dianggap perlu dilakukan tim KPA bersama jajaran Dinkes demi mencegah penyebarluasan wabah HIV/AIDS yang saat penutupan kedua lokalisasi, jumlahnya sudah tembus sekitar 700 orang lebih. Namun kegiatan pemeriksaan kesehatan dengan metode jemput bola tersebut rupanya tidak mendapat sambutan baik dari pemilik usaha warung kopi, kafe maupun rumah karaoke.

Advertisement

“Dengan jumlah warung kopi plus yang menyediakan layanan karaoke mencapai 500 lebih, tentunya kami juga kewalahan. Sementara KPA konsentrasi dengan melakukan sosialisasi serta berkoordinasi dengan paguyupan warung kopi agar kegiatan pemeriksaan kesehatan berjalan efektif,” ujarnya.

Didik menuturkan, pemeriksaan serta pemantauan kesehatan terhadap para pemandu lagu sangatlah penting. Langkah itu diperlukan guna menekan angka penyebaran virus HIV/AIDS yang semakin meningkat di setiap tahunnya.

Selain itu setiap bulan tempat hiburan di Kabupaten Tulungagung juga mengalami peningkatan sehingga akan bahaya penyebaran penyakit sex semakin besar. “Kurang lebih sudah ada ribuan tempat hiburan warung kopi yang menyediakan pelayan perempuan atau pemandu lagu. Oleh sebab itu perlu adanya pengawasan ekstra akan kesehatan para pekerja sehingga terhindar dari penyakit HIV/AIDS,” ujarnya.

Advertisement

1.174 Kasus Sejak 2006
Berdasar data KPA Tulungagung, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sejak 2006 hingga bulan Agustus tahun 2015 tercatat sebanyak 1.174 orang/kasus. Data orang dengan HIV/AIDS (ODHA), baik yang masih hidup dan menjalani terapi medis maupun yang meninggal dunia semakin membengkak pada lima tahun lima tahun terakhir.

Pada tahun 2011, KPA Tulungagung mencatat adanya 207 kasus, 2012 sebanyak 144 kasus, 2013 sebanyak 152 kasus, 2014 sebanyak 272 kasus. Terakhir, pada 2015 sampai dengan bulan Agustus, telah tercatat 161 kasus.

Didik menambahkan, dirinya berharap agar para pemilik warung karaoke yang mempekerjakan wanita agar diperkenankan untuk dilakukan pemeriksaan, dirinya juga menjamin kerahasiaan dari salah satu pasien jika diketemukannya adanya kasus HIV/AIDS.

Tidak sedikit para pasien yang mengetahui jika dirinya tertular virus HIV/AIDS setelah jatuh sakit, sehingga ketika diberikan pertolongan tidak bisa maksimal. Dan tidak sediki pula pasien yang akhirnya meninggal dunia. “Ya kami mohon perlu adanya kooperatif dari pemilik warung terkait pemantauan kesehatan ini,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif