Jatim
Senin, 5 Oktober 2015 - 08:05 WIB

BATIK MADIUN : Nasi Pecel Jadi Inspirasi Batik Khas Madiun

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah karyawan sedang mewarnai kain batik khas Kota Madiun, Batik Pecelan, di Rumah Batik Murni Kota Madiun. (JIBI/Solopos/Antara-Batik Madiun)

Batik Madiun dikreasikan dari bentuk-bentuk yang akrab dengan warga sekitar, yakni nasi pecel dan jeruk Nambangan.

Madiunpos.com, MADIUN — Nasi pecel yang identik dengan Madiun menjadi tema motif batik khas wilayah ini. Adalah Sri Murniati, warga Jl. Halmahera, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun yang mengembangkan motif batik pecelan tersebut.

Advertisement

Wujud daun pepaya, daun ketela, cabai, kembang turi, butiran nasi, dan bagian lain pecel dipadupadankannya menjadi motif batik. “Kami berusaha melestarikan batik budaya bangsa. Sedangkan, nasi pecel adalah makanan khas Madiun yang akhirnya menjadi inspirasi untuk dibuat corak atau motif batik,” ujar Murni kepada wartawan, di Madiun, Sabtu (3/10/2015).

Selain motif pecelan, hasil bumi dan kejayaan yang pernah ada di Kota Madiun juga menjadi inspirasi untuk membuat motif lain. Maka terciptalah batik tulis khas Kota Madiun bernama Batik Seger Arum.

Advertisement

Selain motif pecelan, hasil bumi dan kejayaan yang pernah ada di Kota Madiun juga menjadi inspirasi untuk membuat motif lain. Maka terciptalah batik tulis khas Kota Madiun bernama Batik Seger Arum.

Ia menjelaskan “seger” diambil dari hasil bumi Kota Madiun yang dulu bisa dibanggakan, yaitu Jeruk Nambangan. Namun sayang, jeruk tersebut kini sulit didapatkan karena minimnya lahan untuk menanamnya.

Sedangkan “arum” terinspirasi dari keris Tundung Madiun yang merupakan senjata sakti milik pendiri Kadipaten Madiun. Pada keris tersebut selalu dililit bunga melati yang dironce dan menyebarkan bau harum.

Advertisement

Ia menambahkan untuk membuat satu lembar batik tulis, dibutuhkan waktu hingga empat hari. Adapun, proses pembuatannya harus telaten, mulai dari tahap perebusan kain calon batik dengan tawas, tahap desain, pewarnaan, hingga penjemuran.

Untuk harga, menurutnya sangat bervariasi. Mulai dari puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah per lembarnya. Bahkan ada juga batik yang harganya mencapai jutaan rupiah. Untuk batik tulis, tentu harganya lebih mahal dibanding batik cap.

Murni menambahkan bertepatan dengan momentum perayaan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, pihaknya ingin agar masyarakat Indonesia dan Kota Madiun lebih mencintai batik sebagai warisan budaya. “Batik adalah budaya kita yang telah diakui dunia. Maka sudah sepantasnya, sebagai bangsa Indonesia untuk menjaga dan melestarikannya,” tuturnya.

Advertisement

Di rumah produksinya yang sederhana di Jl. Halmahera, Kota Madiun, Murni dengan dibantu sejumlah karyawan , terus berkomitmen melestarikan budaya bangsa berupa batik dan terlebih batik khas Kota Madiun Pecelan dan Seger Arum.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif