Soloraya
Minggu, 4 Oktober 2015 - 12:45 WIB

ASAL USUL : Asale Dusun Brakbunder dari Menara Bundar

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Plakat nama Dusun Brakbunder RT 010 terpasang di jalan dusun yang terletak di sebelah barat Balai Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Sragen, Sabtu (3/10/2015). Plakat itu dibikin para mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo saat kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) beberapa waktu lalu. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Asal usul ini terkait Dusun Brakbunder di Sragen.

Solopos.com, SRAGEN – Nama Brakbunder cukup terkenal di Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen. Brakbunder adalah sebuah dusun yang dihuni 80 kepala keluarga (KK) dalam satu rukun tetangga (RT).

Advertisement

Dusun tersebut menjadi ibu kota Desa Katelan yang terletak di pinggir Bengawan Solo. Pusat Pemerintahan Desa Katelan berada di dusun yang terletak di Jl. Raya Tangen-Gesi itu.

Dusun Brakbunder terhitung merupakan dusun baru. Permukiman di dusun itu muncul pada tahun 1970-an. Munculnya dusun tersebut hampir bersamaan dengan pembangunan Balai Desa Katelan.

Advertisement

Dusun Brakbunder terhitung merupakan dusun baru. Permukiman di dusun itu muncul pada tahun 1970-an. Munculnya dusun tersebut hampir bersamaan dengan pembangunan Balai Desa Katelan.

Semula warga di Desa Katelan tak memiliki balai desa. Baru pada masa pemerintahan Kepala Desa Sastra Slamet muncul inisiatif pembangunan balai desa.

“Padahal waktu itu banyak tanah bengkok yang berupa tegalan. Sebelumnya administrasi pemerintahan desa berada di rumah Lurah [Kepala Desa] Sastra Slamet. Kemudian Mbah Lurah ingin membangun balai desa di Dusun Brakbunder yang saat itu masih berupa ara-ara [tegalan]. Tanah kas desa yang terletak di utara Dusun Grabagan ditukarguling dengan tanah warga yang terletak di Dusun Brakbunder,” kisah mantan Carik Desa Katelan, Sucipto, Sabtu (3/10/2015).

Advertisement

Ingatan Sucipto merupakan kisah turun-temurun dari para sesepuh pendahulunya. Dia mengatakan dusun itu semula tidak berpenghuni karena menjadi areal perkebunan kina. Di dusun itu terdapat sebuah menara pandang setinggi lebih dari dua meter berbentuk lingkaran.

“Menara itu terbuat dari batu yang disusun dengan perekat pasir ladu. Tingginya menara ya dua meteran. Di atasnya juga ada atap yang berbentuk lingkaran. Petilasan menara itu terletak di belakang Kantor KUD [Koperasi Unit Desa] Katelan. Batu-batunya sudah habis digunakan warga untuk fondasi rumah, ya termasuk saya yang menggunakannya,” ujar Sucipto.

Sucipto merupakan salah satu sesepuh dusun yang sempat membongkar petisalan menara lingkaran atau bundar. Dia menyebut beberapa nama yang datang kali pertama dan bermukim di dusun itu, yakni Pardi, Parman, dan Parjo. Mereka datang dan bermukim di dusun itu sekitar tahun 1970-an.

Advertisement

Para warga yang bermukim itu kemudian membuat kesepakatan untuk nama dusun. Nama dusun itu diambil dari bentuk menara pandang sebagai tempat pengawasan para pekerja perkebunan kina pada masa penjajahan Belanda.

Warga setempat menyebut menara dengan istilah Jawa brak. Bentuk menara seperti tabung dalam istlah Jawa disebut bunder. “Ya, dua istilah itu kemudian dipadukan menjadi brak bunder. Nah, jadilah nama Dusun Brakbunder,” tambahnya.

Ketua RT 010 Brakbunder, Sri Wahono, mengatakan Dusun Brakbunder hanya dihuni 80 KK dalam ruang lingkup RT 010. Dia mengatakan dusun itu bersebelahan dengan Dusun Genengrejo di sebelah barat, Kerjan di sebelah selatan, Grabagan di sebelah timur dan Sidodadi di sebelah utara.

Advertisement

“Dusun itu menjadi langganan kekeringan di musim kemarau karena struktur daerahnya yang gersang. Ya, pada masa-masa kemarau panjang seperti ini para warga kesulitan mencari air bersih. Mereka hanya mengandalkan bantuan dari air PDAM [Perusahaan Daerah Air Minum] Sragen karena sumur-sumur mengering semua. Saya saja juga beli air,” ujar Wahono, sapaan akrabnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif