Hari Batik Nasional diperingati di Solo lewat karnaval Hari Batik.
Solopos.com, SOLO — Ribuan orang menyemut di sepanjang Jl. Slamet Riyadi hingga Jl. Jenderal Sudirman, Jumat (2/4/2015) sore. Mereka hendak menyaksikan hiburan gratis berupa pawai dari Stadion Sriwedari hingga Balaikota. Sekitar pukul 15.30 WIB dua jalan protokol itu pun steril dari kendaraan bermotor.
Tak beberapa lama, sekitar 400 orang berseragam hitam dan cokelat muda keluar dari Stadion Sriwedari dengan membawa alat musik di antaranya terompet, tuba, dan drum. Mereka yang merupakan grup Marching Band Cendrawasih dari Akademi Kepolisian Semarang, lalu berjalan kaki menuju Balaikota Solo.
Tak beberapa lama, sekitar 400 orang berseragam hitam dan cokelat muda keluar dari Stadion Sriwedari dengan membawa alat musik di antaranya terompet, tuba, dan drum. Mereka yang merupakan grup Marching Band Cendrawasih dari Akademi Kepolisian Semarang, lalu berjalan kaki menuju Balaikota Solo.
Di perempatan Nonongan, di belakang mereka disambung barisan puluhan orang yang mengenakan kostum batik dengan berbagai bentuk. Beberapa di antaranya ada yang berbentuk naga dan kelabang. Warnanya pun ada putih, merah, hitam, dan kuning. Mereka adalah rombongan Solo Batik Carnival (SBC) 2015 yang bertema Mancavarna.
Saat rombongan itu tiba di depan panggung kehormatan yang terletak di depan kantor Bank Indonesia (BI), mereka berhenti sejenak untuk mengikuti pembukaan secara resmi acara itu. Pembukaan acara diawali dengan sambutan dari Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah Solo, Said Ramadhan.
Simbol Batik
Ia yang mewakili Pj Wali Kota Solo berharap simbol-simbol dalam batik harus dilestarikan sebagai warisan budaya. Said juga mengajak masyarakat untuk mencintai batik agar roda perekonomian di Solo yang mayoritas pengusaha batik bisa berkembang. Sebab, UNESCO telah memberikan pengakuan terhadap batik yang merupakan warisan budaya Indonesia pada 2 Oktober 2009.
Seusai sambutan, acara pun dilanjutkan dengan penampilan dari Marching Band Cendrawasih dengan berbagai atraksi yang membutuhkan keterampilan tinggi. Seperti memainkan drum dengan sejumlah formasi. Salah satunya naik di atas punggung beberapa temannya.
Mereka juga memainkan beberapa lagu di antaranya berjudul Manuk Dadali, Jai Ho, dan Bengawan Solo. Penampilan band tersebut selama 15 menit membuat orang yang berada di sekitar panggung berupaya mendekat dan merekamnya dengan gadget mereka. Penampilan pun ditutup dengan tepuk tangan meriah dari ratusan penonton di sekitar panggung kehormatan.
Acara yang bertema Heritage Batik Keris itu merupakan kerja sama Pemerintah Kota Solo dengan perusahaan Batik Keris. Perusahaan itu memiliki visi dan misi untuk melestarikan budaya bangsa dengan menggali berbagai seni desain, pakaian, dan seni kriya. Sebab, modifikasi dan evolusi sangat penting agar budaya tersebut dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. Saat itu, selain Muspida Solo, acara itu juga dihadiri mantan Walikota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, dan petinggi Golkar, Akbar Tandjung.