Soloraya
Jumat, 2 Oktober 2015 - 08:40 WIB

PILKADA SRAGEN : KPU: Politik Uang Capai 81,5% Jadi Pemicu Apatisme Warga

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua KPU Sragen, Ngatmin Abbas (kanan), bersama Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, dan jajaran Forum Pimpinan Daerah (FPD) meluncurkan maskot Pilkada Sragen, di Sragen, Senin (18/5/2015). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Pilkada Sragen, perilaku pemilih yang masih mengharapkan politik uang menjadi penyebab tinggiya apatisme warga.

Solopos.com, SRAGEN--Apatisme masyarakat terhadap pemilihan kepada daerah (pilkada) di Sragen masih tinggi. Perilaku pemilih yang masih mengharapkan politik uang menjadi salah satu faktor penyebab tingginya apatisme masyarakat tersebut.

Advertisement

Berdasarkan survei Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah, perilaku pemilih yang mendamba politik uang paling dominan di angka 81,5% sementara pemilih rasional hanya 18,1% dan sisanya 0,4% tidak memberi jawaban.

Fakta hasil survei itu diungkapkan Komisioner Divisi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih KPU Sragen, Dodok Sartono, saat dijumpai Solopos.com di ruang kerjanya, Kamis (1/10/2015).

Survei tersebut mengambil sampel secara acak (random sampling) dari 1.000 responden. Dodok menyebut masyarakat yang mau berpartisipasi dalam pilkada dan mau datang ke tempat pemungutan suara (TPS) mencapai 66,3%.

Advertisement

Dia mengatakan berdasarkan data itu massa mengambang di Sragen masih relatif tinggi di angka 33,1% dan angka golongan putih (golput) hanya 0,6%. Di sisi lain, Dodok kerepotan dengan rendahnya kepercayaan masyarakat kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama, yakni hanya 18,7%.

“Rendahnya kepercayaan publik terhadap tokoh masyarakat dan tokoh agama itu merupakan efek dari maraknya politik uang [money politics]. Sosialisasi KPU untuk meningkatkan pratisipasi pilkada itu lebih menyasar pada massa mengambang, terutama para pemilih pemula. Sosialisasi yang kami giatkan untuk menumbuhkan perilaku positif terhadap pilkada,” kata mantan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sragen itu.

Dodok menilai sosialisasi yang dilakukan pasangan calon dan partai politik juga rendah. Dia menyatakan pemilih mengenal figur calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) lewat alat peraga kampanye (APK).
Berdasarkan survei KPU, 46,2% pemilih mengenal sosok cabup-cawabup lewat baliho, spanduk, dan umbul-umbul atau media kampanye lainnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif