Jogja
Kamis, 1 Oktober 2015 - 21:20 WIB

PEMBANGKIT LISTRIK : Ada Polemik di Tingkat Nasional, Bagaimana Proyek Kincir Angin di Bantul?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi. (JIBI/Bisnis Indonesia)

Pembangkit listrik tenaga bayu muncul polemik di tingkat nasional, namun di Bantul proyek tersebut jalan terus

Harianjogja.com, BANTUL- Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Bantul terus berlanjut, kendati muncul polemik program listrik berkapasitas 35.000 mega watt (MW) di tingkat nasional. Pembangunan proyek kincir angin raksasa itu merupakan bagian dari program listrik 35.000 MW yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.

Advertisement

Manager Pengembangan PLTB Wilayah Bantul dari PT. UPC Jogja Bayu, Niko Priyambodo menyatakan, program PLTB tidak terganggu dengan polemik di tingkat nasional. Proyek ini menurut Niko telah memiliki pendanaan yang pasti. Pembangkit listrik bertenaga angin berkapasitas 50 MW itu dibiayai oleh pihak swasta melalui sebuah konsorsium.

Konsorsium tersebut terdiri dari perusahaan asal Amerika, Belanda serta UPC Jogja Bayu dari Indonesia. “Proyek listrik itu ada yang dibiayai negara ada yang swasta. Kami adalah swasta, dananya jelas termasuk infrastruktur dan teknologinya siap,” terang Niko Priyambodo, Rabu (30/9/2015).

Di lapangan, proses pelaksanaan proyek terus berlanjut. Saat ini patok lokasi tiang kincir telah ditetapkan. Patok kincir semula ditempatkan sebelah utara Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Namun Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta agar tiang kincir digeser ke selatan JJLS mendekati pantai. Karena wilayah di sebelah utara JJLS ditargetkan sebagai tempat pertumbuhan ekonomi.

Advertisement

Selain membenahi patok, UPC Jogja Bayu sendiri, kata dia, dalam waktu beberapa pekan ini mulai mempersiapkan diri untuk berkantor di Bantul. Dalam tahun ini hingga awal 2016, lembaganya menargetkan penyelesaian pembebasan lahan. Total seluas 14 hektare lahan yang akan dibebaskan. “Karena kami targetkan ground breaking [peletakan batu pertama] pembangunan kincir dimulai Mei 2016,” lanjutnya.

Terpisah, Kepala Desa Srigading, Sanden Wahyu Widodo menyatakan, semakin cepat PLTB dibangun semakin baik bagi perkembangan wilayah selatan Bantul. Proyek itu dipastikan bakal memperceat pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Keberadaan kincir diyakini dapat menjadi magnet wisatawan berkunjung ke pantai-pantai selatan Bantul.

Selain berwisata alam, wisatawan juga dapat berwisata pendidikan dengan keberadaan kincir. “Karenanya kami sangat berharap proyek ini cepat terealisasi,” imbuhnya.

Advertisement

Ditambahkannya, saat ini pemerintah desa telah merancang konsep wisata di wilayahnya terutama Pantai Samas dengan membuka sentra wisata kuliner laut. Keberadaan kincir angin diharapkan semakin menambah daya tarik berkunjung ke sentra kuliner tersebut.

Pemerintah desa sangat mendukung proyek tersebut. Selain ramah lingkungan karena menciptakan listrik dari angin, proyek tersebut tidak memakan banyak tempat atau lahan.

PLTB merupakan pembangkit listrik perdana di Indonesia yang bersumber dari angin dan digunakan untuk kebutuhan masayarakat luas. Sejauh ini di pesisir selatan Bantul telah didirikan kincir mini yang digerakkan oleh angin untuk pembangkit listrik. Namun sebatas proyek percontohan dan pemanfaatan energi listriknya masih terbatas di wilayah sekitar kincir.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif