Soloraya
Rabu, 30 September 2015 - 12:00 WIB

IBADAH HAJI 2015 : Kembali ke Tanah Air, Jemaah Haji Langsung Sujud Syukur

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/dok)

Ibadah haji 2015 telah selesai dilakukan. Sejumlah jemaah haji asal Indonesia sudah kembali ke Tanah Air. 

Solopos.com, SOLO-Sebanyak 360 jemaah haji dari kelompok terbang (kloter) 1 asal Kabupaten Cilacap menjadi yang pertama mendarat di Bandara Adi Sumarmo, Selasa (29/8/2015). Saat pesawat garuda jenis Airbus Boeing 330 mendarat sekitar pukul 12.45 WIB, sejumlah jemaah haji yang keluar pesawat dan menginjakkan kaki pertama di Tanah Air langsung melakukan sujud syukur.

Advertisement

Terik matahari di tengah hari yang cukup menyengat kulit tidak menghalangi niat sejumlah jemaah haji ini untuk bersujud. Itu menjadi sebuah ucapan rasa syukur karena bisa kembali ke Tanah Air dengan selamat.

Rasa syukur terus dipanjatkan jemaah haji ini karena selamat dari berbagai musibah yang terjadi di Tanah Suci, mulai dari jatuhnya crane di Masjidil Haram hingga tragedi di Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji. Mereka juga bersyukur karena telah menjalankan berbagai rukun dan wajib haji.

Advertisement

Rasa syukur terus dipanjatkan jemaah haji ini karena selamat dari berbagai musibah yang terjadi di Tanah Suci, mulai dari jatuhnya crane di Masjidil Haram hingga tragedi di Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji. Mereka juga bersyukur karena telah menjalankan berbagai rukun dan wajib haji.

Perjalanan jemaah haji kloter pertama ini dari Arab Saudi ke Indonesia mengalami penundaan sekitar delapan jam. Seharusnya jemaah haji ini tiba di Bandara Adi Sumarmo pada Selasa sekitar pukul 05.00 WIB, namun jemaah haji ini baru tiba di bandara sekitar pukul 12.45 WIB.

Menurut informasi, keterlambatan ini karena terjadi penumpukan penerbangan di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Diperkirakan, penerbangan baru normal pada saat penerbangan kloter 10.

Advertisement

Salah satu jemaah haji asal Kabupaten Cilacap, Nasikin, 48, sangat bersyukur telah tiba di Tanah Air dengan selamat. Peristiwa bencana yang terjadi di Mekkah beberapa waktu lalu memberikan pelajaran hidup yang amat berharga bagi dirinya. Saat peristiwa jatuhnya crane di Masjidil Haram, dia beserta rombongan kloter 1 tidak jadi barangkat ke Masjidil Haram karena hujan lebat dan badai pasir menerjang.

Lokasi jatuhnya crane itu sebenarnya berada di tempat yang biasa digunakan Nasikin untuk tempat beribadah saat di Masjidil Haram. Dengan adanya badai pasir yang menghalangi perjalanannya itu, dia merasa telah diselamatkan Allah dari bencana itu.

Saat tragedi di Mina, dia beserta rombongan kloter 1 juga tidak melaksanakan lempar jamrah pada waktu itu. Pada saat itu memang cukup banyak jemaah haji asal Indonesia yang melakukan lempar jamrah karena mencari keafdholan waktu ibadah.

Advertisement

“Saya tak henti-hentinya berucap syukur karena bisa pulang ibadah haji dengan selamat,” kata dia saat berbincang dengan solopos.com.

Sutaryo, 65, jemaah haji asal Sugihan, Cilacap mengatakan saat berada di Tanah Suci tidak boleh berfikir negatif. Menurut dia, Allah berkehendak sesuai yang difikirkan umatnya. Apalagi pada saat itu jemaah haji sedang berada di Tanah Suci.

Dia juga sangat behrsyukur bisa pulang ibadah haji dengan selamat. Sutaryo menganggap ibadah haji tahun ini seperti orang yang habis “perang”, karena pada saat prosesi ibadah berlangsung ada berbagai musibah terjadi.

Advertisement

“Ada banyak yang meninggal dunia dari peristiwa bencana yang terjadi di Tanah Suci. Saya sangat bersyukur bisa selamat dan menjalankan sleuruh prosesi ibadah,” kata dia yang berangkat ibadah haji sendiri.

Sementara itu, di Asrama Haji Donohudan belasan pedagang yang menjual berbagai suvenir dan oleh-oleh khas Arab Saudi juga telah menyambut kedatangan jemaah haji ini. Deretan lapak penjual suvenir ini langsung diserbu jemaah haji. Barang yang dijual antara lain, sajadah, peci, kurma, kismis, miniatur pesawat, mainan anak-anak, dan lainnya.

“Sajadah yang dijual di sini [asrama haji] lebih murah dibanding sajadah yang dijual di Arab Saudi, kalau di Arab satu sajadah sekitar Rp40.000, sedangkan di sini satu sajadah dijual hanya Rp15.000,” kata jemaah haji asal Cilacap, Mustiah, 45.

Mustiah mengaku membeli dua puluh buah sajadah, mukena, dan peci untuk oleh-oleh keluarga yang ada di rumah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif