News
Rabu, 30 September 2015 - 14:00 WIB

GERAKAN 30 SEPTEMBER : Peringati 50 Tahun G 30 S PKI, Netizen Sebut Masa Kelam

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pahlawan yang menjadi korban G 30 S PKI (Twitter.com/@CentralBeatBox)

Gerakan 30 September 1965 dicatat dalam sejarah sebagai hari pemberontakan PKI.

Solopos.com, SOLO — Tepat pada Rabu (30/9/2015), sejumlah pengakses Internet (netizen) memperingati 50 tahun peristiwa pembunuhan terhadap beberapa tentara Indonesia, yang dituduhkan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI). Terjadi pada 30 September 1965, peristiwa itu lantas disebut sebagai G 30 S PKI.

Advertisement

Sehubungan dengan peringatan Gerakan 30 September tersebut, di media sosial Twitter muncul tanda pagar (tagar) #G30SPKI, sebagai trending topic.

Sejumlah netizen menulis kicauan terkait peristiwa G30SPKI. “Semoga kebenaran segera terungkap.. masa kelam 30 September 1965. Kami butuh berita yang benar untuk kebenaran sejarah #G30SPKI,” tulis @MuzakkiJalu.

Advertisement

Sejumlah netizen menulis kicauan terkait peristiwa G30SPKI. “Semoga kebenaran segera terungkap.. masa kelam 30 September 1965. Kami butuh berita yang benar untuk kebenaran sejarah #G30SPKI,” tulis @MuzakkiJalu.

“Mari menundukkan kepala sejenak, berdoa dan mengenang perjuangan Pahlawan Revolusi #G30SPKI,” tulis @indorelasi.

Sementara itu, akun @FiersaBesari menggaungkan tagar #G30SPKI untuk mengajak publik agar mempelajari sejarah tragedi tersebut secara lebih mendalam, tidak sekadar menurut kepada sejarah yang selama ini ada di buku pelajaran sekolah.

Advertisement

“Orde Baru sudah lewat. Jangan jadi anak muda yg cuma melihat sejarah bangsa dari satu kacamata saja. Gali lebih dalam #g30spki #menolaklupa,” tandas @FiersaBesari.

Sebagaimana diketahui publik selama ini, dalam buku sejarah yang beredar di sekolah  disebutkan PKI adalah otak dari pembunuhan sejumlah jenderal dan tentara Indonesia, yaitu Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean, Bripka Karel Satsuit Tubun, Kolonel Katamso Darmokusumo, dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto.

Dikisahkan, sebelum terjadi pembunuhan, korban diculik pada 30 September 1965 malam, lalu dibunuh pada 1 Oktober 1965 dini hari. Pembunuhan dalam upaya kudeta tersebut dituduhkan kepada pihak yang dianggap loyal kepada PKI, yaitu para pengawal istana (Cakrabirawa). Pemimpin Cakrabirawa saat itu adalah Letkol. Untung.

Advertisement

Setelah pembunuhan yang diduga dilakukan PKI tersebut, Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto melakukan penumpasan terhadap PKI, termasuk para simpatisannya.

Sebagaimana dihimpun Solopos.com dari pelbagai sumber, muncul pula dugaan adanya keterlibatan Soeharto dalam penculikan para jenderal tersebut. Pasalnya, hal yang terjadi selanjutnya setelah tragedi G30SPKI ini adalah Soeharto menjadi kandidat kuat sebagai Presiden RI, menggantikan Soekarno yang kabarnya ketika itu sakit-sakitan, kemudian lengser. Ketika kepemimpinan Soeharto, mulailah masa orde baru.

Setelah penculikan para jenderal, 30 September 1965, dan pembunuhan serta pembuangan mayatnya di lubang buaya pada 1 Oktober 1965 dini hari, pemerintah menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif