Soloraya
Senin, 28 September 2015 - 07:45 WIB

PILKADA SRAGEN : Ngaku Dianiaya, Pendukung Yuni-Dedy Lapor Polisi

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gombloh (tengah) didampingi kuasa hukumnya melaporkan dugaan penganiayaan ke SPK Polres Sragen, Minggu (27/9/2015) malam. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pilkada Sragen digelar tahun ini.

Solopos.com, SRAGEN — Nur Hidayat alias Gombloh, 59, pendukung pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Dedy Endriyatno (Yuni-Dedy) melapor ke Polres Sragen atas dugaan penganiayaan yang dilakukan pendukung pasangan Agus Fatchur Rahman-Djoko Suprapto (Amanto), Minggu (27/9/2015) malam.

Advertisement

Laki-laki asal Jurangjero Lor RT 025/RW 007, Desa Jurangjero, Karangmalang, mengaku mulutnya terkena siku tangan salah seorang pendukung Amanto berinisial D di simpang empat Purwosari, Jurangjero, Minggu, sekitar pukul 14.30 WIB. Gombloh mengalami luka memar pada bibir atas sebelah kiri.

Peristiwa itu berawal saat tim kampanye pasangan Amanto menggelar pelantikan baret di rumah Pengurus Desa (PD) Partai Golkar di wilayah Desa Jurangjero, Karangmalang. Seorang anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar (FPG), Heru Santosa, ikut dalam pelantikan tersebut. Kegiatan tim kampanye Amanto tersebut sesuai dengan zona kampanye.

Advertisement

Peristiwa itu berawal saat tim kampanye pasangan Amanto menggelar pelantikan baret di rumah Pengurus Desa (PD) Partai Golkar di wilayah Desa Jurangjero, Karangmalang. Seorang anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar (FPG), Heru Santosa, ikut dalam pelantikan tersebut. Kegiatan tim kampanye Amanto tersebut sesuai dengan zona kampanye.

Di simpang empat Purwosari, Gombloh nongkrong di motornya. Sejumlah pendukung Yuni-Dedy ikut membaur di simpang empat itu. Saat aktivitas itulah, sebuah mobil Toyota Kijang berwarna merah yang ditumpangi Heru berhenti. Seorang sopir berinisial D membuka kaca seraya menanyakan orang yang namanya Gombloh. Kebetulan Gombloh sendiri yang ditanya. Di dalam mobil itu terdapat lima orang. Posisi Heru duduk bersebelahan dengan sopir.

Kisah Gombloh

Advertisement

Lapor Polisi

Dia tidak terima dengan perbuatan itu. Gombloh didampingi anggota Tim Koordinator Hukum dan Advokasi Yuni-Dedy, Ujang Nuriyanto, dan Ketua Banteng Liar Sragen Agus Prawoto melaporkan kejadian itu ke Polres Sragen, sekitar pukul 19.00 WIB. Kedatangan mereka diterima anggota Satuan Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Sragen. Laporan Gombloh dicatat dalam formulir laporan.

Sejumlah pimpinan tim kampanye Yuni-Dedy ikut mendapingi Gombloh. Termasuk Ketua Sukarelawan Mbak Yuni, Suti Hantoro, dan sukarelawan lainnya juga ikut mendampingi. Seorang saksi mata, Endro Suharno, 39, warga Jurangjero, mengaku mengetahui peristiwa itu. Dia menyebut ada 15 orang yang berkerumun di simpang empat itu. “Saya bagian dari warga itu. Tiba-tiba ada mobil berhenti dan menarik Gombloh ke dalam mobil. Setelah itu tahu-tahu Gombloh mengalami luka pada bibir atas sebelah kiri,” katanya.

Advertisement

Sementara itu, Heru Santosa saat dihubungi Solopos.com, Minggu malam, mengatakan kedatangannya ke Jurangjero bermaksud melantik tim baret di rumah pengurus desa Partai Golkar Jurangjero. Heru mengaku saat rombongannya datang banyak warga berkerumun di perempatan Purwosari dengan mengenakan pakaian bergambar Yuni-Dedy.

“Setelah melantik baret, kami bermaksud melanjutkan pertemuan di Kedungwaduk. Sesampainya di perempatan [Purwosari], jumlah warga bertambah banyak dan berjogetan dengan menggunakan sound system. Kami mau lewat minta jalan. Kami mencari Gombloh untuk meminta izin lewat karena orang kami sedikit,” ujar Heru Santosa saat

Heru mengisahkan sopir mobilnya membuka kaca dan salaman dengan Gombloh. Dia mengaku saat membuka kaca kondisi mesin mobil masih menyala. Begitu Satgas Golkar bisa membuka jalan, kata Heru, mobil kami berjalan dan Gombloh ikut ketarik. “Hla kalau ketarik ya sama badannya karena sopirnya panik. Insidennya hanya itu. Tidak ada sampai memukul dengan siku tangan. Apalagi sampai menjepit leher Gombloh dengan kaca mobil. Saya saja tidak menarik tangan Gombloh. Semua itu bohong besar,” ujarnya.

Advertisement

Heru heran bila persoalan itu sampai dibesar-besarkan hingga laporan ke polisi. Dia mengatakan ibu-ibu di dalam mobil bisa jadi saksi. Satgas-satgas di luar, tambah dia, juga bisa bersaksi. “Selama ini kami tidak pernah mengganggu aktivitas kampanye mereka. Mestinya kenyamanan perjalanan tidak harus diganggu seperti itu,” katanya.(

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif