Jogja
Senin, 28 September 2015 - 21:20 WIB

FESTIVAL LAYANG-LAYANG : Ada Pesan Resolusi Konflik di FLN

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu layang-layang tiga dimensi berbentuk naga diterbangkan dalam gelaran Festival Layang-layang Nasional (FLN) di Pantai Parangkusumo, Minggu (27/9/2015) (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Festival layang-layang diharapkan dapat membentuk karakter anak bangsa.

Harianjogja.com, BANTUL– Festival Layang-Layang Nasional (FLN) di Pantai Parangkusumo Bantul menyedot perhatian ribuan pengunjung. Gelaran itu tak hanya sekadar wadah menyalurkan hobi melainkan sarat filosofi sekaligus pembentukan karakter anak bangsa.

Advertisement

Gelaran FLN hari terakhir digelar Minggu (27/9/2015) di Pantai Parangkusumo, Bantul diikuti ratusan peserta yang terhimpun dalam 35 klub atau komunitas layang-layang. Mereka datang dari berbagai daerah di Tanah Air tidak hanya dari Pulau Jawa.

Pada Minggu, layang-layang tiga dimensi ditampilkan di atas langit Pantai Parangkusumo hingga Parangtritis. Layang-layang tiga dimensi kini menjadi tren di kalangan komunitas layang-layang.

“Selama ini yang banyak dikenal hanya layang-layang dua dimensi yaitu yang bentuknya hanya panjang kali lebar, sekarang ada tiga dimensi,” terang salah satu panitia FLN Heri Cahya ditemui Minggu.

Advertisement

Layang-layang tiga dimensi yang diterbangkan beragam kreasi, antara lain berbentuk belalang, gurita, manusia, naga, burung garuda dan beragam kreasi lainnya. Puluhan hingga ratusan layang-layang yang menghiasi langit pantai selatan Bantul itu memperebutkan juara satu, dua, tiga dan juara harapan.

Menurut Heri Cahya, festival layang-layang ke-7 kali itu tidak semata sebagai hiburan dan permainan belaka. Jauh dari itu banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. FLN menjadi salah satu cara melestarikan budaya nusantara yaitu permainan layang-layang. Permainan ini kata dia juga mengandung budaya resolusi konflik sejak dini di kalangan anak muda. Harapannya, pesan resolusi konflik itu dipraktikkan di kehidupan berbangsa.

“Kalau main layang-layang itu kan kadang saling tabrak antar layang-layang tapi persoalan itu selalu diselesaikan dengan permaafan. Perkelahian di kalangan anak tidak dicampuri orang tua. Ini mengajarkan resolusi konflik,” paparnya.

Advertisement

FLN juga diyakini sebagai wadah menumbuhkan anak-anak muda yang berbakat dalam desain kreasi. Keterampilan itu berguna untuk menggerakkan industri kreatif di Indonesia. Sementara itu Asisten Sekda Pemkab Bantul Bidang Ekonomi dan Pembangunan Suyoto mengungkapkan, permainan layang-layang adalah sarana perekat bangsa, persatuan dan kesatuan karena semua pihak bermain bersama.

Nilai-nilai itu penting menjadi sarana pembentukan karakter bangsa. “Layang-layang adalah salah satu sarana membentuk karakter bangsa,” ujar Suyoto. Dari sisi ekonomi acara ini menguntungkan dunia pariwisata.

Festival layang-layang mampu menyedot ribuan wisatawan berkunjung ke Bantul, sekaligus menggerakkan perekonomian warga setempat yang berjualan aneka makanan, minuman dan barang. FLN sengaja digelar di pantai selatan Bantul karena potensi angin pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sangat mendukung kegiatan ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif