Soloraya
Senin, 28 September 2015 - 14:40 WIB

DAMPAK ELNINO : Kebakaran dan Krisis Air Bersih Intai Warga Karanganyar

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemadaman kebakaran (Facebook-BPBD Kota Madiun)

Dampak Elnino, BPBD Karanganyar menyatakan kebakaran dan krisis air bersih menjadi ancaman serius warga Karanganyar.

Solopos.com, KARANGANYAR–Musibah kebakaran dan krisis air bersih masih akan menjadi ancaman serius warga Karanganyar sekitar sebulan ke depan menyusul masih panjangnya musim kemarau 2015.

Advertisement

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau masih akan terjadi hingga akhir Oktober 2015. Penjelasan tersebut disampaikan Kepala BPBD Karanganyar, Nugroho, saat ditemui wartawan di Rumdin Bupati Karanganyar, Senin (28/9/2015).

Dia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya kebakaran dan krisis air bersih.

Advertisement

Dia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya kebakaran dan krisis air bersih.

“Berdasarkan informasi dari BMKG, musim kemarau tahun ini masih akan terjadi hingga akhir Oktober. Artinya perlu waspada bersama,” tutur dia.

Nugroho menjelaskan ada dua potensi bencana yang terjadi pada musim kemarau panjang, yaitu kebakaran dan krisis air bersih. Diakui dia selama ini Karanganyar tidak pernah mengalami krisis air bersih. Tapi menurut dia ancaman tersebut bisa terjadi kemarau tahun ini.

Advertisement

Wilayah lain yang rawan air bersih yaitu sebagian Mojogedang dan Kebakkramat. Wilayah Mojogedang yang rawan krisis air bersih seperti Gentungan,dan Kalijirak. Sedangkan wilayah Kebakkramat yang berpotensi kekurangan air bersih yaitu Malanggaten, Banjarharjo, dan Alastuo. Pantauan intensif terus dilakukan di wilayah tersebut.

Para camat dan kepala desa (kades) diminta tanggap bila di wilayahnya terjadi bencana alam, seperti kebakaran dan krisis air bersih.

“Sejauh ini belum ada laporan krisis air bersih. Ke depan camat dan kades saya minta terus maspada,” sambung dia.

Advertisement

Nugroho menjelaskan dalam kondisi normal, musim kemarau hanya terjadi empat hingga lima bulan. Tapi musim kemarau 2015 diprediksi berlangsung selama enam bulan, hingga akhir Oktober. Fenomena tersebut menuntut perhatian bersama semua jajaran.
Keberadaan sumur-sumur pantek baru untuk memenuhi kebutuhan air di sektor pertanian dinilai berpotensi mengurangi debit air sumur warga. Ke depan, Nugroho menilai perlunya pembuatan biopori di wilayah yang selama ini kekurangan air pada musim kemarau.

Terpisah, Kabid Pemakaman dan Damkar DPU, Heru Sugiyatmo, mengatakan tren kebakaran tahun ini berpotensi meningkat. Pada 2015 terjadi sedikitnya 50 kebakaran di Bumi Intanpari. Sedangkan tahun lalu kasus kebakaran tercatat sekitar 60 kejadian.

Menilik masih panjangnya musim kemarau, angka kejadian kebakaran sangat berpotensi bertambah. Dia mengimbau masyarakat untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif