Soloraya
Minggu, 27 September 2015 - 09:45 WIB

PEMUGARAN CANDI SUKUH : Tim Usulkan Perkuat Batu Kulit dan Suntik Mati Akar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengguna Internet di Candi Sukuh. (Dok/JIBI/Solopos)

Pemugaran Candi Sukuh masih terus dilakukan oleh tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).

Solopos.com, KARANGANYAR—Tim Pemugaran Candi Induk Sukuh mengusulkan sistem penguatan pada batu periode dua atau batu kulit yang miring ke utara dan barat.

Advertisement

Selain itu, mereka juga memikirkan cara mematikan akar pohon yang tumbuh hingga menembus batu candi periode dua maupun satu. Akar pohon itu diduga pohon beringin yang tumbuh di dekat Candi Induk Sukuh. Keberadaan akar pohon menembus batu candi dikhawatirkan merusak candi.

Pantauan solopos.com, dinding Candi Induk Sukuh sisi utara terdapat akar pohon sebesar lengan orang dewasa. Akar melintang dan memanjang dari bawah candi hingga atas. Akar diduga tumbuh menembus batu bagian kulit dan dalam. Selain itu, solopos.com juga melihat akar dengan ukuran setengah dari lengan orang dewasa keluar dari bagian bawah candi di sisi barat atau dekat tangga.

Koordinator Tim Pemugaran Candi Induk Sukuh, Sudarno, mengatakan akar pohon itu harus segera ditangani. Sebetulnya, tim ahli maupun Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) sudah mengetahui ada akar pohon masuk ke dalam candi pada 2003. Mereka sudah mengupayakan memotong akar. Akar pohon yang menembus batu candi menjadi salah satu penyebab kerusakan bangunan bernilai sejarah.

Advertisement

“Tapi, tumbuh lagi. Dulu sudah dipotong. Kami perlu memikirkan cara mencegah pertumbuhan akar yang tidak merusak candi. Cairan yang digunakan tidak merusak lingkungan. Sedang diteliti di Balai Konservasi Borobudur. Apakah disuntik mati atau bagaimana, sedang dikaji,” kata Sudarno saat dihubungi solopos.com, Sabtu (26/9/2015).

Tujuan utama pemugaran Candi Induk Sukuh untuk memperpanjang usia dan menghambat proses perusakan. Salah satu bentuk kerusakan yang dialami candi di Berjo, Ngargoyoso itu adalah candi miring ke utara dan barat. Sudarno menilai kondisi itu wajar karena mengingat kontur tanah. Namun, dia mengusulkan penguatan candi pada batu periode II.

“Yang diperkuat periode II saja. Dibuat rata. Yang dalam [periode I] biar seperti aslinya. Miring enggak apa-apa. Batu periode I ini ternyata juga ikut miring ke utara dan barat. Tetapi, kami manut. Seandainya tim ahli punya masukan lain,” ujar dia.

Advertisement

Sudarno mengenang kejadian tahun 1970-an. Dia menduga gempa yang terjadi pada tahun itu menjadi salah satu penyebab Candi Induk Sukuh miring maupun menggelembung.

“Faktor alam pernah gempa intensitas cukup tinggi. Sehari bisa 40 kali getaran. Dan itu berlangsung sekitar sebulan. Kondisi itu bisa menjadi pemicu,” kenang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif