Soloraya
Jumat, 25 September 2015 - 12:40 WIB

BUDI DAYA LANCENG : Dulu Dianggap Pengganggu, Kini Mulai Diburu

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Madu yang dihasilkan dari lebah lanceng pada sebuah bambu yang tergeletak di belakang rumah warga Dukuh Gentan, Desa Gemampir, Karangnongko. Foto diambil Rabu (23/9/2015). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Budi daya lanceng, warga mulai memelihara lebah lanceng karena mengandung banyak khasiat.

Solopos.com, KLATEN–Lebah lanceng memiliki nama latin Apis Trigona. Lebah ini berukuran lebih kecil ketimbang lalat.
Belakangan, lanceng menjadi buruan oleh sejumlah orang. Hal ini lantaran khasiat dari madu yang dihasilkan lebah tersebut.
Salah satu pembudidaya lebah itu yakni Romo Koko Pudjiwahyulistyono, seorang pastur asal Gereja Yohanes Rasul Somohitan, Turi Sleman, DIY.

Advertisement

Pria 49 tahun itu mulai membudidayakan lanceng sejak tiga tahun terakhir.

Romo Koko mengatakan selama ini masih banyak yang beranggapan lebah itu sebagai hewan pengganggu.

“Orang melihatnya ini binatang apa, hanya mengganggu. Tetapi, jika mau belajar, khasiat dari madu yang dihasilkan sangat banyak. Seperti meringankan penyakit jantung, memperkuat vitalitas pria, mengobati penyakit paru-paru, hingga bagus untuk kesuburan wanita,” jelas Romo Koko saat ditemui di sela-sela membiakkan lanceng di rumah salah satu warga Dukuh Gentan, Desa Gemampir, Kecamatan Karangnongko, Rabu (23/9/2015).

Advertisement

Dia mengungkapkan awal mula tertarik budi daya lanceng saat menjadi pastur di Bedono, Semarang. Saat itu, seorang umatnya mengetahui banyak lanceng di kawasan gereja. Dari situlah, Romo Koko mulai mempelajari cara mengembangbiakkan lanceng tersebut.

Soal nilai ekonomis madu yang dihasilkan, Romo Koko menjelaskan 1 kilogram madu lanceng bisa dihargai hingga Rp250.000. Mahalnya madu itu sebanding dengan khasiat yang ditawarkan.

Budi daya lanceng bisa dilakukan menggunakan kotak yang dibikin dari papan kayu berukuran 20 sentimeter x 20 sentimeter.
Pembuatan satu kotak cukup dengan biaya sekitar Rp30.000. Kotak itu sebagai sarang lanceng.

Advertisement

“Kalau mempunyai 20 kotak, bisa menghasilkan madu sekitar 1 kilogram. Itu bisa dipanen setiap tiga bulan sekali,” ungkapnya.

Guna pemeliharaan lebah tersebut, ia mengatakan tak perlu perawatan ekstra. Hanya dibutuhkan pengecekan rutin ke kandang lanceng untuk memastikan tak ada hewan pengganggu seperti laba-laba, cicak, dan semut.

Soal banyak sedikitnya madu yang dihasilkan, tergantung lingkungan tempat lanceng berbiak. Lanceng menyukai berbagai bunga seperti dari buah, rumput, padi, bayam, atau bunga tanaman buah lainnya.

Salah satu warga Dukuh Gentan, Desa Gemampir, Ny. Narjo, 66, mengungkapkan selama ini hanya mengetahui lanceng yang bertebaran di kawasan rumahnya merupakan binatang pengganggu.
Namun, belakangan ia mulai tertarik untuk ikut membiakkan lebah tersebut. “Kalau merasakan sendiri madunya memang belum tahu khasiatnya. Tetapi, kakak saya yang mulai rutin mengonsumsi madu ini. Ya sekadar untuk menjaga kondisi tubuh atau diberikan ke anaknya ketika panas,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif