Jogja
Rabu, 23 September 2015 - 07:20 WIB

MUSIM KEMARAU : 2.000 Hektare Lahan Terancam Kering

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan melanda Prambanan (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Musim Kemarau ini diimbau petani menghentikan cocok tanam.

Harianjogja.com, BANTUL- Seluas 2.000 hektare lahan pertanian di Bantul terancam gagal panen bila hujan tidak mengguyur wilayah ini hingga Oktober bulan depan. Petani diminta menghentikan aktivitas bercocok tanam di area rawan kekeringan.

Advertisement

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertanhut) Bantul Partogi Dame Pakpahan mengatakan, lembaganya telah mendata luasan lahan yang akan mengalami kekeringan pada Oktober.

Tercatat sebanyak 2.000 hektare lahan tadah hujan yang terancam gagal panen akibat kekeringan dari total 15.000 lebih lahan pertanian di wilayah ini. “Yang terancam adalah lahan tadah hujan, sementara sisanya sebanyak 13.000 hektare adalah lahan beririgasi teknis,” terang Partogi, Selasa (22/9/2015).

Sebanyak 2.000 hektare lahan tadah hujan itu tersebar di wilayah pegunungan seperti Imogiri dan Dlingo. Ribuan hektare lahan itu menurut Partogi sama sekali tidak bisa dialiri air. Selain tidak ada sumber air, lokasinya yang berada di dataran tinggi tidak terjangkau jaringan dan sarana seperti pompa air.

Advertisement

Agar tidak menanggung rugi akibat kekeringan, khusus petani di 2.000 hektare lahan itu agar menghentikan aktivitas bercocok tanam mulai saat ini. Sebab sampai sekarang kata dia, masih banyak petani yang bercocok tanam di wilayah itu dengan tanaman palawija seperti jagung, kedelai dan kacang tanah.

“Kalau masih nekad bercocok tanam akan habis, syaratnya bila Oktober tidak turun hujan,” tegas dia.

Sedangkan daerah lain di luar 2.000 hektare menurutnya masih dapat diselamatkan kendati mengalami kekurangan air. Pemerintah telah mengantisipasi kekeringan dengan membuat sumur di lokasi pertanian serta memberi bantuan pompa. “Antisipasinya kita bangun sumur, misalnya di Nawungan [Imogiri] sumur digali hingga 111 meter, lalu dialirkan airnya ke lahan pertanian dengan pompa,” jelas dia.

Advertisement

Terpisah, Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas Sumber Daya Air (SDA) Bantul, Wagio mengatakan, untuk wilayah pertanian yang dilintasi jaringan irigasi, sejauh ini masih aman dari kekeringan. “Misalnya daerah selatan seperti Sanden masuk wilayah irigasi bendung Kamijoro, tapi sampai sekarang masih ada air,” terang Wagio.

Kendati diakuinya, debit air saat kemarau tidak sebanyak saat musim penghujan. Ia menyontohkan debit air bendung Kamijoro hanya sebanyak 40% dari debit normal. Dinas SDA Bantul saat ini mengelola jaringan irigasi yang mengairi 8.634 hektare lahan di Bantul.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif