News
Selasa, 22 September 2015 - 05:40 WIB

PELEMAHAN RUPIAH : Harga Kedelai Di Solo Naik, Penjualan Turun

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengrajin mengiris tahu siap jual di Sentra Produksi Tahu Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo, Senin (16/3/2015). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar membuat pengrajin tahu waswas harga kedelai impor bakal naik. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Pelemahan rupiah menyebabkan penjualan kedelai mengalami penurunan.

Solopos.com, SOLO–Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai Rp14.300 membuat harga kedelai melonjak dari harga normal Rp6.500/kg menjadi Rp7.250/kg.

Advertisement

Karyawan Toko Pak Joko Jl Lumban Tobing, Erin Yuliani, mengatakan sepekan sebelumnya harga kedelai senilai Rp7.000/kg.

Dia menjelaskan kenaikan harga ini terjadi secara bertahap dan dimungkinkan masih akan ada kenaikan lagi apabila nilai tukar dolar AS terus menguat.

“Sejak harga kedelai penjualan menurun, biasanya dalam sehari bisa menjual tiga ton kedelai impor selama satu hari yang dikirim ke berbagai daerah, hingga ke Ngawi dan Wonogiri. Tapi saat ini menurun hingga 50%, sekarang hanya dikisaran 1,5 ton-2 ton per hari,” ungkap Erin saat ditemui Solopos.com, Senin (21/9/2015).

Advertisement

Menurut dia, penurunan penjualan ini tidak hanya terjadi karena kenaikan harga kedelai tapi juga dipengaruhi sepinya pasar akibat menurunnya daya beli masyarakat. Namun, dia mengatakan penjualan dan harga kedelai lokal cenderung stabil, yakni Rp6.800/kg. Penjualan kedelai lokal tidak terdampak karena biasanya digunakan sebagai campuran mengingat kualitasnya yang kurang baik.

Ketua Paguyuban Pengrajin Tahu Temmpe Mojosongo, Acok Warso, mengatakan saat ini pengrajin cenderung bertahan untuk tetap memproduksi tahu dan tempe. Namun diakuinya, produksi saat ini cenderung turun jika dibandingkan sebelumnya yang dipengaruhi kenaikan bahan baku dan menurunnya penjualan.

“Produksi memang dikurangi tapi tidak banyak. Pengrajin cenderung untuk bertahan menghadapi kondisi seperti ini. Tidak ada pengrajin yang sampai berhenti berproduksi,” kata dia.

Advertisement

Salah satu pengrajin tahu di Mojosongo, Riyani, mengatakan telah mengurangi ukuran tahu sekitar satu setengah bulan terakhir. Hal ini karena harga kedelai sudah mulai merangkak naik sejak setelah Lebaran.

Dia menjelaskan biasanya satu Loyang tahu dipotong menjadi 100 biji tapi saat ini menjadi 110 biji.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif