Jogja
Selasa, 22 September 2015 - 20:20 WIB

BENCANA KULONPROGO : 71 Desa Harus Dibentuk Menjadi Desa Tangguh Bencana

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah sukarelawan dan petugas medis membawa seorang warga yang menjadi korban longsor untuk mendapatkan perawatan dalam Gladi Longsor Desa Tangguh Bencana di Dusun Plampang I, Desa Kalirejo, Kokap, Senin (21/9/2015). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Bencana Kulonprogo membuat Pemerintah harus menetapkan 71 desa menjadi desa tangguh bencana

Harianjogja.com, KULONPROGO – Pembentukan desa tangguh bencana menjadi agenda rutin pemerintah Kulonprogo dan Pemda DIY. Upaya tersebut dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang tanggap bencana kepada warga yang tinggal di kawasan-kawasan rawan bencana.

Advertisement

“Program pembentukan desa tangguh bencana sudah dilakukan sejak tahun 2012,” ujar Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Heri Siswanto di sela acara Gladi Tanggap Bencana Longsor di Dusun Plampang I, Desa Kalirejo, Kokap, Senin (21/9/2015).

Heri memaparkan, desa rawan bencana yang perlu dibentuk sebagai desa tangguh bencana di DIY jumlahnya mencapai 301 desa. Sedangkan, di wilayah Kulonprogo, terdapat 75 desa yang harus dibentuk sebagai desa tangguh bencana. Sebanyak 41 desa di antaranya berada di wilayah yang rawan tanah longsor.

Lebih lanjut Heri memaparkan, tempat penyelenggaraan gladi atau simulasi tanggap bencana itu dilakukan Desa Kalirejo. Pasalnya, desa ini menjadi salah satu desa yang masuk dalam skala prioritas sebagai desa dengan potensi kerawanan bencana yang cukup tinggi.

Advertisement

“Dari 41 desa itu, 27 desa di antaranya memang prioritas [kerawanan longsor], salah satunya adalah Desa Kalirejo. Pembentukan desa tangguh bencana ini, diharapkan dapat membekali warga untuk tangguh dan tanggap dalam menghadapi bencana longsor,” jelas Heri.

Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo menambahkan, pelatihan siaga bencana sangat diperlukan untuk masyarakat yang tinggal di perbukitan. Dia memaparkan, hampir sebagian besar warga Kulonprogo tinggal di wilayah pegunungan yang memiliki potensi longsor setiap tahunnya.

“Membentuk desa siaga bencana ini, semata-mata agar masyarakat dapat memahami penanggulangan bencana yang sering terjadi di wilayahnya. Meski sekarang belum ada bencana yang serius, tapi alangkah baiknya mempersiapkan diri,” imbuh Hasto.

Advertisement

Sementara itu, Kepala BPBD Kulonprogo Untung Waluyo menambahkan, desa tersebut telah dilengkapi alat peringatan dini bencana longsor. Dia mengungkapkan, ada lima unit alat yang telah dipasang di musim kemarau  ini untuk mendeteksi potensi longsor yang kemungkinan dapat terjadi memasuki musim penghujan.

Selain itu, tidak hanya membekali warga dengan pengalaman kesiapsiagaan bencana. Pembentukan relawan siaga bencana untuk desa tersebut juga dilakukan. Untung mengatakan, relawan siaga bencana diharapkan dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat dalam menghadapi bencana longsor.

“Karena relawan itu adalah petugas terdekat yang akan membantu warga saat bencana terjadi. Sebelum petugas lain datang, mereka [relawan] bisa melakukan penyelamatan dini, tanpa terpengaruh oleh orang lain,” tandas Untung.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif