Soloraya
Senin, 21 September 2015 - 10:30 WIB

PENANGGULANGAN BENCANA : Begini Aksi Sukarelawan Bersihkan Sampah di Bengawan Solo

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tiga kapal karet dari empat kapal berisikan sukarelawan pengurangan risiko bencana Wonogiri melakukan susur Sungai Bengawan Solo, Sabtu (19/9/2015). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Penanggulangan bencana dilaksanakan dengan membersihkan sampah di Sungai Bengawan Solo.

Solopos.com, WONOGIRI – Puluhan orang mengenakan kaus warna oranye berdiri di pinggir aliran Sungai Bengawan Solo, Sabtu (19/9/2015), tepatnya di bawah jembatan Desa Poloh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri.

Advertisement

Empat perahu karet diturunkan ke aliran Sungai Bengawan Solo (SBS) di bawah Jembatan Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri.

Ada 32 sukarelawan pengurangan risiko bencana (PRB) Wonogiri yang naik kapal karet. Masing-masing kapal berisikan delapan anggota. Satu per satu anggota mengenakan pelampung.

Advertisement

Ada 32 sukarelawan pengurangan risiko bencana (PRB) Wonogiri yang naik kapal karet. Masing-masing kapal berisikan delapan anggota. Satu per satu anggota mengenakan pelampung.

Satu orang menjadi juru kemudi, empat orang memegang dayung dan satu lagi memegang pengait sampah. Mereka menyusuri SBS dari Desa Pokoh Kidul hingga Dam Colo di Desa Sendangijo, Kecamatan Selogiri, Wonogiri yang berjarak sekitar 15 kilometer.

Lima menit pertama, empat kapal karet berputar-putar di sekitar lokasi start. Langkah itu dilakukan untuk mengenali kondisi kapal dan menjaga keseimbangan.

Advertisement

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalakhar BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto menegaskan sejumlah 70 sukarelawan mengikuti aksi susur sungai bersih-bersih sampah.

Ada empat etape sepanjang susur sungai, yakni Jembatan Jurang Gempal, Kelurahan Giripuro, Dusun Seneng, Kelurahan Giriwono, Jembatan Mento, Desa Wonoharjo dan finis Dam Colo. Jarak 15 kilometer ditempuh oleh mereka dengan waktu tiga jam. Start jam 08.00 WIB dan finis sekitar pukul 11.00 WIB.

Di lokasi finis para sukarelawan mendapatkan materi tambahan tentang pertolongan pertama laka air. “Aksi susur sungai ini mengawali peringatan PRB yang dijadwalkan digelar di Solo, pada 16 Oktober mendatang. Sebelum pencanangan bulan PRB nasional, sebanyak 100 relawan PRB Wonogiri akan membersihkan sampah di Sungai Jenes, Laweyan, Solo pada 11 Oktober,” ujar Bambang.

Advertisement

Dia menjelaskan aksi susur sungai menjadi kegiatan latihan bersama dengan anggota TNI, Polri, SAR dan PMI Wonogiri. “Aksi susur sungai menjadi kegiatan membangkitkan kembali program kali bersih (prokasih) yang pernah populer di era orde baru,” kata dia.

Koordinator Relawan Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC), Wonogiri, Heriwanto berharap, ada program lanjutan setelah susur SBS Wonogiri.

“Kami berharap ada program aksi tanam pohon sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Hari ini, susur SBS diharapkan sebagai aksi bersih-bersih sampah sedangkan aksi tanamn pohon dimaksudkan sebagai upaya menahan erosi agar sedimentasi tak mendangkalkan sungai,” jelas dia.

Advertisement

Dia mengakui aksi susur SBS baru kali pertama dan menyenangkan. “Aksi susur sungai diharapkan ada penyadaran masyarakat tentang buang sampah sembarang ke sungai tak menguntungkan. Sampah di sungai menjadi salah satu penyebab banjir karena menjadi penyumbat aliran,” beber dia.

Hal sama disampaikan Sekretaris Forum Relawan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Wonogiri, Nonis Murwanitasari.

Menurutnya, aksi susur sungai minimal menjadi langkah awal membangun kesadaran bersama dalam upaya mengurangi risiko bencana. “Aksi susur sungai minimal mengedukasi masyarakat pinggir sungai tentang bahaya banjir akibat buang sampah sembarang,” katadia.

Dia menjelaskan bencana alam tak selalu disebabkan faktor alam tetapi juga ulah manusia.

Komandan Operasional SAR Wonogiri, Wisnu Ashari menyebutkan, selama perjalanan sejauh 15 kilometer, anggota sukarelawan PRB mampu mengangkut sampah sebanyak empat buah kantong plastik.

Di setiap kapal terdapat seorang penumpang yang membawa pengait sampah. Selama perjalanan, ujarnya, sukarelawan penyusur SBS berhenti di sebuah permukiman untuk melakukan sosialisasi.

Sosialisasi berisikan kesadaran masyarakat untuk mencintai sungai dengan tidak membuang sampah ke aliran sungai. Dengan menggunakan megaphone, sosialisasi disampaikan dengan harapan didengar oleh masyarakat pinggir SBS Wonogiri untuk diteruskan kepada masyarakat sekitar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif