Jogja
Senin, 21 September 2015 - 07:20 WIB

MAKANAN BERBAHAYA : Makanan Mencolok Lebih Menarik Pembeli, Penjualan Sulit Dihentikan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas Balai Besar Tehnik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jogja mengambil sampel makanan di salah satu warung Terminal Jombor, Jumat (19/6/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Makanan berbahaya yang biasanya berwarna mencolok lebih menarik pembeli

Harianjogja.com, KULONPROGO-Penanaman kesadaran dan pemahaman kepada pedagang untuk tidak menjual produk yang mengandung bahan makanan berbahaya tidak bisa dilakukan dengan paksaan. Jika perlu, tidak hanya mengadakan sosialisasi dan penyuluhan, melainkan juga melalui pendekatan personal.

Advertisement

Lurah Pasar Wates, Juni mengatakan, para pedagang sudah sering menerima sosialisasi maupun penyuluhan dari pemerintah. Terakhir, kegiatan tersebut dilakukan pekan lalu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

“Soalnya memang berbahaya kalau sampai terus beredar. Pedagang harus tahu apa saja bahan berbahaya dan dampaknya,” ucap Juni, Jumat (18/9/2015).

Juni memaparkan, berdasarkan hasil razia yang sering kali digelar pemerintah, ada beberapa jenis produk mengandung bahan berbahaya yang pernah ditemukan di Pasar Wates. Di antaranya kerupuk sermier, geplak, teri nasi, dan bolu emprit. “Dulu itu warnanya ngejreng. Semua berasal dari luar Kulonprogo,” ungkap Juni.

Advertisement

Produk bahan makanan yang beredar di Pasar Wates memang banyak dikirim dari wilayah Sukoharjo, Magelang, Muntilan, hingga Kebumen. Sering kali, produk berbahaya justru lebih laku dan diminati konsumen. Kondisi itu kemudian membuat pedagang merasa enggan berhenti menjual. “Kalau ternyata yang seperti itu malah laris, susah juga melarangnya,” kata Juni.

Menurut Juni, memberikan pemahaman melalui pendekatan personal lebih efektif. Pedagang harus mendapatkan alasan dan contoh kasus yang mudah dipahami. “Misalnya kita jelaskan bagaimana jika makanan berbahaya itu dikonsumsi anggota keluarganya. Meski yang beli orang lain, bagaimana jika ternyata orang itu adalah orang tua anak kita dan jadi suguhan saat anak kita main ke rumahnya,” tuturnya menerangkan.

Juni menyadari jika cara seperti itu akan membutuhkan waktu lama. Namun menurutnya, cara lain yang cepat tapi mengandung paksaan hanya memberikan efek jera sesaat.

Advertisement

“Kalau pedagang memang sudah sadar, mereka akan bilang ke produsen kalau produknya mengandung bahan berbahaya. Jika produsen mengabaikannya, pedagang akan memilih beli di tempat lain,” jelasnya kemudian.

Salah satu pedagang di Pasar Wates, Dasiyah mengatakan, jika sedang tidak sibuk, dia juga mengecek tanggal kedaluarsa berbagai produk yang dijual. Jika ada yang sudah kedaluarsa, dia memilih mengembalikannya ke distributor.

“Kalau sudah expired memang mending disingkirkan. Kalau salesnya tidak mau menerima, besok saya tidak mau dikirimi lagi,” ungkap pedagang sembako dan berbagai bahan makanan lainnya itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif