Soloraya
Minggu, 20 September 2015 - 13:50 WIB

KEBAKARAN WONOGIRI : Bangunan Pura Terbakar, Kerugian Capai Rp100 Juta

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nyala api masih membakar sisa-sisa reruntuhan bangunan pura yang terletak di puncak gunung Kompleks Wisata Museum Karst di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (19/9/2015). (Istimewa)

Kebakaran Wonogiri terjadi di Kompleks Pura bukit Jagat Spiritual Kompleks Wisata Museum Karst di Desa Gebangharjo, Pracimantoro, Wonogiri, Sabtu (19/9/2015). 

Solopos.com, WONOGIRI-Bangunan di tempat ibadah umat Hindu di Wonogiri di Kompleks Pura bukit Jagat Spiritual Kompleks Wisata Museum Karst di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri terbakar, Sabtu (19/9/2015). Bangunan yang terbakar adalah tempat istirahat umat Hindu sebelum melaksanakan ibadah ke pura.

Advertisement

Diduga api berasal dari putung rokok yang tak sengaja dibuang masyarakat sehingga membakar semak-semak dan menjalar ke bangunan pura. Tak ada korban jiwa tetapi kerugian ditaksir senilai Rp100 juta.

Camat Pracimantoro, Warsito saat dihubungi solopos.com, Sabtu, bercerita, pekerja bangunan, pedagang dan masyarakat yang ada di lokasi wisata Museum Karst tak kuasa mematikan api. Upaya warga sekitar hanya mampu mengisolasi lokasi kebakaran agar tak menyebar ke bangunan pura yang lain dan lokasi hutan sekitar.

Warsito menyebutkan, salah satu penyebab lambatnya penanganan kebakaran lantaran lokasi kebakaran berada di puncak bukit sedangkan sarana air sulit.
“Di bawah bukit tempat bangunan pura ada gua dengan air cukup namun tak ada selang sehingga estafet warga mengambil air dengan ember dan alat seadanya kalah dengan tiupan angin,” ujarnya.

Advertisement

Mantan Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Paranggupito ini bercerita, api dan asap mulai dilihat warga di wisata museum karst sekitar pukul 14.30 WIB. “Bangunan pura ludes terbakar. Bahan yang terbakar berupa sirap dan kayu.”

Sekadar diketahui, bangunan pura tersebut dibangun pada 2011 jaman pemerintahan Bupati Wonogiri, Begug Poernomosidi. Bangunan pura dibangun oleh umat Hindu di Bali dibawah koordinasi Dewa Gde Nuabe. Setiap tahun umat Hindu dari Bali dan daerah lain beribadah di pura jagat spiritual, Gebangharjo, Pracimantoro.

Untuk mencapai pura, masyarakat atau umat Hindu menaiki puluhan tangga. Namun, tujuh tahun terakhir pengelola pura telah membuat jalan sehingga kendaraan roda dua atau empat bisa mencapai puncak bukit sekitar bangunan pura. Salah seorang warga Pracimantoro, Pardiyono, kepada solopos.com, menjelaskan, api berasal dari semak-semak sekitar bangunan pura. Dia menduga ada pengunjung wisata atau warga yang tak sengaja membuang putung rokok sehingga membakar semak-semak dan merembet ke bangunan pura.

Advertisement

“Saat itu, angin bertiup kencang. Kami menduga ada daun atau ranting terbakar katut [terbawa]angin dan jatuh di atap bangunan pura. Atap pura terbuat dari ijuk yang mudah terbakar,” jelasnya.

Nyala api kali pertama diketahui oleh Agus Ahmadi, warga Mojopura, kecamatan Wuryantoro dan Joko Susilo, warga Gebangharjo, Pracimantoro pada pukul 15.15 WIB dan selang 45 menit kemudian api bisa dipadamkan warga.

Terpisah, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalakhar BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto mengatakan jarak menjadi salah satu faktor mobil unit kebakaran terlambat datang ke lokasi kebakaran. Jarak antara Kantor Unit Damkar Wonogiri ke kawasan museum karst sekitar 40 kilometer.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif