News
Kamis, 17 September 2015 - 21:30 WIB

WNI DISANDERA OPM : 2 WNI Belum Bebas Malam Ini, Hasil Telepon Jokowi Ditunggu

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Personel Yonif 408/Suhbrastha menggelar upacara peringatan HUT TNI di patok perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Papua, 5 Oktober 2012 lalu. (yonif-408-suhbrastha.blogspot.com)

WNI disandera OPM dan hingga malam ini belum bebas. Keputusan pemerintah tengah ditunggu.

Solopos.com, JAKARTA — Sudirman dan Badar, WNI yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua Nugini belum kunjung bebas. Upaya diplomatik sudah dilakukan pemerintah Indonesia dengan Papua Nugini.

Advertisement

Bahkan sore ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan menelepon Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O’Neill, untuk mendiskusikan persoalan ini. Apakah komunikasi sudah berjalan atau belum, hingga malam ini belum ada keterangan dari pihak Istana Kepresidenan. Pihak terkait dari Istana ketika diminta keterangan belum memberikan jawaban.

Rencana komunikasi via telepon antara kedua pemimpin negara disampaikan oleh Presiden Jokowi pada Kamis (18/9/2015) siang. “Nanti sore saya akan telepon ke PM O’Neill,” katanya di Istana Merdeka.

Komunikasi sudah dilakukan antara Menteri Luar Negeri yang intinya pemerintah Papua Nugini bersedia membantu pembebasan sandera. Memang, pembebasan kedua WNI sulit karena lokasinya berada di wilayah negara tetangga.

Advertisement

Pantauan Bisnis/JIBI di Istana, sejak pukul 12.00 WIB hingga malam ini, Presiden Jokowi tidak ada jadwal agenda kegiatan resmi. Pihak Istana juga tidak memberitahukan acara Presiden selama setengah hari menuju malam.

Bahkan, rencana menghadiri Silaturahim Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di gedung Dhanapala Kementerian Keuangan dibatalkan. Apakah Jokowi sedang mengatur strategi bebaskan sandera atau punya agenda lain?

Yang pasti dua warga sedang berada di bawah tekanan OPM. Awalnya, OPM berusaha minta barter dengan anggotanya yang terjerat kasus narkoba di Indonesia. Namun pemerintah Indonesia menolak sehingga Presiden Jokowi perlu jurus membebaskan dua nyawa di perbatasan Papua.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif