Kolom
Kamis, 17 September 2015 - 05:00 WIB

TENTANG ISLAM : Hukum Islam Memandang Perayaan Sekaten

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana sore hari di pasar malam sekatenan, Alun-alun Utara, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Minggu (14/12/2014). Perayaan pasar malam sekatenan telah resmi dibuka pada 11 Desember lalu dan akan berlangsung hingga 4 Januari 2015. (reza Fitriyanto/JIBI/Solopos)

Tentang Islam diasuh oleh H. Muhammad Amir, S.H., C.N., Ketua Majelis Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo. Tentang Islam juga dimuat di subrubrik Ustaz Menjawab Khazanah Keluarga Harian Umum Solopos, setiap Jumat.

Solopos.com, SOLO — Bagaimana Islam memandang perayaan sekaten? Simak ulasannya kali ini, yang pernah dimuat di Harian Umum Solopos, Jumat (14/2/2015).

Advertisement

Pertanyaan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Pak Ustaz yang saya hormati, sejak saya masih kecil (sekolah SD), perayaan sekaten sudah ada. Kedua orang tua saya selalu mengajak saya melihat dari dekat perayaan sekaten tersebut, yaitu di Alun-alun Utara Keraton Solo dan halaman Masjid Agung Solo.

Advertisement

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Pak Ustaz yang saya hormati, sejak saya masih kecil (sekolah SD), perayaan sekaten sudah ada. Kedua orang tua saya selalu mengajak saya melihat dari dekat perayaan sekaten tersebut, yaitu di Alun-alun Utara Keraton Solo dan halaman Masjid Agung Solo.

Saya diajak melihat gamelan sekaten dan membeli oleh-oleh, antara lain cemeti (pecut), ikan asin, telur asin, dan ibu saya pasti membeli mbako susur suruh untuk menginang. Kata ibu saya itu membikin awet muda.

Pertanyaan saya, bagaimana hukumnya orang Islam mengadakan perayaan sekaten? Apakah di zaman Nabi Muhammad sudah ada perayaan sekaten? Kalau belum ada kapan munculnya perayaan sekaten?

Advertisement

Dan, memang ada pengajian di halaman Masjid Agung Solo, tetapi jumlahnya tidak banyak. Bagaimana yang terbaik menurut Ustaz?
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. [Remaja Masjid Gebang, Masaran, Sragen]

Ustaz Menjawab

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh.
Ananda aktivias remaja masjid yang dirahmati Allah, sebenarnya perayaan sekaten, khususnya di Solo maupun Yogyakarta tidak lepas dari peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW.

Advertisement

Di Indonesia pada khususnya, peringatan tersebut sudah menjadi tradisi budaya Indonesia, bahkan oleh pemerintah Indonesia sudah dinyatakan libur nasional. Pemerintah melalui Kementrian Agama mengadakan peringatan Maulid Nabi di Istana Negara atau di Masjid Istiqlal.

Di zaman Nabi Muhammad SAW belum ada upacara peringatan Maulud Nabi seperti zaman sekarang. Peringatan Maulud Nabi baru muncul pada abad III Hijriah atau lebih dari 200 tahun setelah Nabi Muhammad meninggal dunia.

Peringatan Maulud Nabi pada waktu itu dimaksudkan untuk menggugah, menggairahkan, dan meningkatkan semangat hidup beragama, mengambil suri teladan kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.

Advertisement

Sejak itulah kegiatan memperingati Maulud Nabi mulai tumbuh dan berkembang, sehingga menjadi tradisi yang merata di kalangan umat Islam, dengan variasi yang bebeda-beda, sesuai dengan tradisi di lingkungan umat Islam setempat.

Menurut pendapat saya, sekaten adalah peringatan Maulud Nabi SAW khas Jawa. Perayaan ini berawal dari zaman Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam.

Gamelan merupakan hal yang digemari masyarakat pada waktu itu, maka para wali menggunakan gamelan sebagai sarana untuk mengumpulkan masyarakat (terutama masyarakat pedesaan).

Setelah orang berkumpul di depan masjid, kesempatan ini digunakan oleh Sunan Kalijaga dan para ulama untuk memberikan penyuluhan dan penerangan tentang agama Islam.

Mereka dipimpin untuk membaca dua kalimat syahadat, dibimbing untuk belajar salat, dan sebagainya. Jadi memang tujuan utama adalah untuk berdakwah. Jadi hukum mengadakan peringatan Maulud Nabi hukumnya adalah mubah.

Insyaallah umara, ulama, agniya, dan keluarga Keraton Solo maupun Yogyakarta bermusyawarah bersama agar dakwah Islam berhasil tanpa ada unsur-unsur syirik. Insya Allah Solo dan Yogyakarta menjadi kota yang rukun, damai, aman, tenteram, dan bebas dari bencana. Amin.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif