News
Selasa, 15 September 2015 - 23:00 WIB

PERLAMBATAN EKONOMI : Ini Data BPS yang Jadi Kabar Buruk Bagi Rupiah

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok Jakarta (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Perlambatan ekonomi ditandai lesunya impor nasional.

Solopos.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2015 kembali mengalami surplus sebesar US$433,8 juta. Raihan tersebut turun dibanding Juli yang mencapai US$435,13 juta.

Advertisement

Angka tersebut merupakan selisih lebih antara ekspor Agustus yang mencapai US$12,7 miliar dan impor sebesar US$12,27 miliar. Dikatakan oleh Kepala BPS Suryamin, ekspor Agustus 2015 meningkat 10,79% dibandingkan dengan Juli. Sementara impor tumbuh lebih tinggi, yakni mencapai 21,69%..

Ekonom PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk. Agustinus Prasetyantoko mengatakan surplus neraca perdagangan ini bukanlah berita baik bagi perekonomian dalam negeri. “Ini malah jadi indikator masih memburuknya perekonomian kita,” katanya, Selasa (15/9/2015).

Pasalnya, surplus ini bukan karena meningkatnya ekspor dalam negeri, melainkan disebabkan oleh melemahnya perekonomian global yang membuat impor nasional juga mengalami kelesuan.

Advertisement

Namun demikian, pihaknya optimis pada akhir tahun neraca perdagangan akan kembali mencatatakan defisit. Hal tersebut menurutnya disebabkan oleh tren surplus neraca perdagangan saat ini yang cenderung akan terus menurun.

Peluang tersebut akan semakin terbuka lebar apabila pemerintah dalam waktu dekat mampu mengimplementasikan deregulasi paket kebijakan ekonominya. Di sisi lain, semakin menggeliatnya belanja barang modal juga mengindikasikan perekonomian dalam negeri juga semakin meningkat.

Senada, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Akhmad Akbar Susamto menilai surplus tersebut justru menandakan ekonomi Indonesia masih belum mampu bergeliat ditengah tekanan global.

Advertisement

Indonesia menurutnya masih belum mampu lepas dari tekanan global setidaknya hingga tahun depan. Ketergantungan yang terlalu besar pada ekspor komoditas, mau tak mau membuat Indonesia masih terombang-ambing di pasar internasional.

“Saya predikisi hingga akhir tahun kita masih akan surplus, tapi mungkin akan menipis. Mengingat beberapa pos konsumsi dan ekpor kita mulai bergeliat,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif