Jogja
Jumat, 11 September 2015 - 15:44 WIB

TPAS PIYUNGAN : Sapi TPAS Piyungan Beredar ke Seluruh DIY

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunungan sampah di TPA Piyungan, Senin (11/5/2015). (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

TPAS Piyungan menjadi tempat warga mengumbar sapi mereka. Akibatnya, hewan tersebut memakan bahan berbahaya

Harianjogja.com, BANTUL- Peredaran ratusan ekor sapi pemakan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Piyungan tidak bisa dibendung. Pemerintah lalai mengawasi peredaran sapi yang diduga kuat mengandung logam dan limbah beracun.

Advertisement

Ketua Paguyuban Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Pleret Bantul, Ilham Akhmadi menyatakan, ratusan ekor sapi pemakan sampah di TPAS beredar di DIY. “Persisnya ke mana saja kami tidak tahu, tapi yang jelas di DIY,” ungkap Ilham Akhmadi, Kamis (10/9/2015).

Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Pleret menurut Ilham bahkan pernah menyembelih sapi dari TPAS Piyungan, lantaran maraknya peredaran sapi yang diduga mengandung logam itu di wilayah ini.

Penyembelih sapi bahkan menemukan barang-barang tidak layak konsumsi di tubuh sapi TPAS itu. “Di dalam perutnya ditemukan selendang, pembalut, kertas, plastik. Itu fakta,” tegas Ilham.

Advertisement

Sapi dari TPAS hanya dapat dikenali setelah di sembelih dan di makan. Sementara bila masih hidup, tidak ada bedanya dengan sapi lain di luar TPAS. Lantaran berbahayanya makanan yang dikonsumsi sapi tersebut, RPH di Segoroyoso, Pleret kata Ilham tidak mau lagi menyembelih sapi dari sana.

Kendati demikian, peredaran sapi TPAS ke pasar-pasar hewan tidak bisa dibendung. Sebab tidak ada pengawasan dari pemerintah. “Penjualan sapi itu ke mana-mana, enggak bisa diawasi. Mana pernah ada pengawasan dari pemerintah,” paparnya.

Salah seorang warga yang tinggal di dekat TPAS membenarkan berbahayanya sapi dari wilayahnya. “Sapi di sana kalau dimakan enggak enak, kadar airnya banyak. Apa saja dimakan sampah ya dimakan,” ungkap warga yang meminta identitasnya dirahasiakan demi keamanannya itu.

Advertisement

Menurut sumber itu ada sekitar 500 ekor sapi yang setiap hari berebut sampah bersama pemulung di TPAS Piyungan. Ratusan ekor sapi itu setelah cukup umur siap diedarkan ke pasar-pasar hewan. Pemerintah menurutnya tidak pernah mencegah peredaran sapi itu ke pasaran dan konsumen.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul Partogi Dame Pakpahan sebelumnya menegaskan, tidak merekomendasikan sapi di TPAS Piyungan dipakai untuk hewan kurban. Pemerintah tidak bisa menjamin, ratusan ekor sapi itu bebas dari kandungan logam berat dan limbah B3 (bahan berbahaya beracun) yang dapat mengancam kesehatan manusia yang mengonsumsi daging tersebut.

Kendati demikian, pemerintah diakuinya hanya dapat memantau apakah terjadi pergerakan sapi dari luar TPAS untuk dijual ke pasaran, tanpa bisa mencegah penjualan sapi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif