Kolom
Kamis, 10 September 2015 - 08:00 WIB

GAGASAN : Solo Butuh Lebih Banyak Pohon

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Djoko Subinarto (Dok/JIBI/Solopos)

Gagasan Solopos, Rabu (9/9/2015), ditulis Subinarto. Penulis adalah kolumnis di berbagai media dan alumnus Unpad Bandung.

Solopos.com, SOLO — Tak perlu disangsikan eksistensi pohon-pohon di lingkungan kota senantiasa memunyai jauh lebih banyak manfaat ketimbang mudarat.

Advertisement

Keniscayaan manfaat yang besar itulah yang menyebabkan kenapa di banyak kota di negeri-negeri Barat pengelola kota demikian giat menanami kota mereka dengan aneka pohon sekaligus merawat  serta melindungi pohon-pohon yang tumbuh di lingkungan kota mereka dengan sebaik-baiknya.

Bagi lingkungan kota, selain menambah estetika dan sebagai penyerap zat-zat polutan macam karbon dioksida, nitrogen oksida, amonia, sulfur dioksida, ozon, dan partikel debu, eksisteni pohon-pohon juga memiliki beberapa manfaat lain.

Pertama,  pohon berkontribusi terhadap berkurangnya perilaku agresif dan kekerasan dalam rumah tangga. Kajian yang dilakukan Kuo dan Sullivan (2001) menunjukkan pasangan yang tinggal di lingkungan yang relatif penuh dengan pepohonan dan aneka tumbuhan cenderung memiliki perilaku agresif yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan yang gersang.

Advertisement

Hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan atau akademisi Universitas Illionis, Amerika Serikat, menyimpulkan keluarga yang tinggal di daerah gersang memiliki kemungkinan lebih tinggi melakukan kekerasan terhadap anak-anak mereka ketimbang mereka yang tinggal di lingkungan yang banyak pohon dan tumbuhan lainnya.

Kedua, pohon memengaruhi kinerja anak-anak di sekolah. Anak-anak yang tinggal atau bersekolah di lingkungan yang penuh pepohonan menunjukkan kinerja akademis yang lebih baik ketimbang anak-anak yang tinggal atau bersekolah di lingkungan yang gersang (Wells, 2000).

Ketiga, sejumlah studi memperlihatkan para pasien yang dirawat di rumah sakit yang lingkungannya penuh pepohonan dan tumbuhan mengalami proses penyembuhan jauh lebih cepat dan lebih sedikit mengalami komplikasi ketimbang pasien yang dirawat di rumah sakit yang lingkungannya cenderung gersang (Ulrich, 1984).

Advertisement

Keempat, pepohonan membantu mengurangi kelelahan psikis, meningkatkan konsentrasi, dan mengurangi risiko terjadinya gangguan saluran pernapasan. Di samping itu, pepohonan juga mengurangi risiko terjadinya kanker kulit karena pepohonan menyerap sinar ultraviolet dari matahari (Hammit, 2002).

Kelima, menurut laporan bertajuk Healthy Trees, Healthy Cities yang dikeluarkan Georgia Urban Forestry, para pekerja yang bekerja di lingkungan yang banyak pepohonan menunjukkan kerja yang lebih produktif, jarang sakit, dan memiliki kepuasan kerja yang tinggi.

Keenam, ditilik dari aspek ekonomi, eksistensi pepohonan dan vegetasi lainnya mampu meningkatkan nilai jual properti antara 5%-15% (McPherson dan Schroeder, 1992).

Tempat-tempat komersial seperti mal atau tempat-tempat perbelanjaan lainnya yang memiliki cukup banyak pepohonan di sekitarnya mampu menarik lebih banyak pengunjung/pelanggan dan membuat mereka lebih lama berberlanja (Wolf, 1999). [Baca: Kota Taman]

 

Kota Taman
Sebagai sebuah kota yang dulu dirancang sebagai sebuah kota taman, Kota Solo seharusnya memiliki kawasan-kawasan cukup luas yang ditumbuhi pepohonan.

Salah satu ciri khas kota taman adalah jalan-jalan yang melingkar-lingkar dengan aneka pepohonan nan rimbun di kedua sisi jalan dipadu dengan banyaknya lahan hijau yang membentuk taman-taman nan asri di berbagai sudut kota plus dihiasi sejumlah aliran sungai yang membelah kota.

Kenyataannya, eksistensi pepohonan di Kota Solo sekarang ini jauh dari memadai. Pembangunan fisik yang lebih mengedepankan aspek komersial bisa jadi telah membuat eksistensi pohon-pohon di Solo semakin menyusut jumlahnya.

Di sisi lain, bertambahnya jumlah kendaraan membuat pengelola kota lebih suka mengambil jalan pintas dengan melebarkan sejumlah ruas jalan, menebangi pepohonan, dan merampas ruang terbuka hijau.

Mengingat berbagai manfaat pepohonan seperti dipaparkan di atas, seharusnya pengelola Kota Solo mempertahankan sekaligus memperluas kawasan yang ditumbuhi pepohonan.

Dalam konteks ini, banyak kalangan berharap pembangunan di Kota Solo saat ini jangan hanya mengutamakan aspek pembangunan fisik dan keuntungan finansial semata.

Pembangunan juga harus lebih memerhatikan aspek kelestarian ekosistem. Sudah saatnya kini pendirian bangunan-bangunan fisik komersial yang menyita lahan terbuka di Solo harus mulai diminimalisasi.

Sungguhpun demikian, semuanya berpulang kepada pengelola Kota Solo. Bagaimanapun apabila orientasi pembangunan Kota Solo saat ini masih tetap terkonsentrasi pada pembangunan fisik dan keuntungan finansial belaka, yang bakal terjadi adalah semakin banyaknya kawasan di Solo yang justru menjadi rimba beton, yang pada gilirannya menjadikan suasana Solo kian gersang dan tidak sehat.

Sebagai ilustrasi, baru-baru ini, Pemerintah Kota Solo malah menebangi puluhan pohon besar di kawasan Monumen ’45 Banjarsari dengan dalih untuk menata kawasan tersebut. Semestinya pohon-pohon tersebut tetap dibiarkan.

Banyak pihak merasa berkeberatan dengan kebijakan Pemeritah Kota Solo tersebut. Kita sangat berharap ke depan pengelola Kota Solo dapat lebih mampu mempraktikkan proyek pembangunan kota yang tidak mengganggu eksistensi pohon-pohon di kawasan Kota Solo.

Kota Solo perlu memiliki apa yang di Barat dinamakan sebagai urban tree plan (CTP) dan urban tree care plan (CTCP) yang mengatur pola penanaman, perawatan, dan perlindungan pohon-pohon di lingkungan kota. Ini untuk menjamin eksistensi pohon-pohon yang notabene memunyai manfaat yang signifikan bagi kesehatan lingkungan kota.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif