Soloraya
Rabu, 9 September 2015 - 23:40 WIB

PERTANIAN BOYOLALI : Buat Sumur, Petani Justru Peroleh Air Campur Lumpur

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melihat kondisi sumur pantek yang dibuat petani di Desa Babadan, Kecamatan Sambi, Boyolali, Rabu (9/9/2015). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, bermaksud mencari sumber air, petani di Babadan Sambi malah memperoleh air campur lumpur.

Solopos.com, BOYOLALI–Warga Dukuh Jambon, Desa Babadan, Kecamatan Sambi, khususnya kalangan petani digegerkan dengan semburan air disertai lumpur dari sumur pantek yang sedang dibangun di salah satu lahan milik petani.

Advertisement

Sumur pantek tersebut milik salah seorang petani, Sardi, 50, warga setempat. Semburan air disertai lumpur terjadi pada Selasa (8/9/2015) sore saat seorang pekerja, Sunyoto, mengebor sumur sampai kedalaman 60 meter.

“Semburan air sangat besar dan disertai lumpur. Kami kurang tahu penyebabnya apa, yang jelas saat ini kami berusaha menahan dulu semburan air dari sumur pantek itu,” kata Sunyoto, saat ditemui Solopos.com, di lokasi.

Advertisement

“Semburan air sangat besar dan disertai lumpur. Kami kurang tahu penyebabnya apa, yang jelas saat ini kami berusaha menahan dulu semburan air dari sumur pantek itu,” kata Sunyoto, saat ditemui Solopos.com, di lokasi.

Hingga Rabu (9/9/2015), semburan air masih sangat kencang. Namun, air yang keluar dari tanah mulai jernih. Kejadian ini menyedot perhatian ratusan warga Sambi. Ratusan warga berdatangan karena penasaran dengan isu semburan lumpur tersebut.

Menurut Sunyoto, dia sudah mengebor sumur di lahan yang saat ini ditanami kacang-kacangan sejak empat pekan lalu. Sudah ada tiga lokasi yang dibor, tetapi baru satu lokasi tepatnya di dekat perbatasan Jambon-Tawangan yang mengeluarkan air. Pada lokasi itu, debit air sangat kecil sehingga dia memutuskan untuk menutup sumur bor tersebut.

Advertisement

Dia dan Sardi heran dengan kejadian tersebut karena jarang terjadi di wilayah Sambi. Saat semburan air mulai terlihat jernih, beberapa warga mencoba mencicipi rasa air.

“Memang rasanya biasa tidak berbeda dengan air bersih yang lainnya. Tapi biar bagaimana pun kami akan uji laboratorium dulu,” imbuh Sunyoto.

Kepala Desa Babadan, Suliswanto, melaporkan kejadian tersebut ke instansi terkait yakni Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM (DPU dan ESDM). Selama ini, sumur pantek yang dibuat petani memiliki debit airnya yang wajar dan tidak pernah disertai lumpur.

Advertisement

“Ini saya mau laporan dulu ke DPU ESDM. Biar nanti dicek dulu oleh ahlinya.”

Bagi Sardi semburan air dari sumur pantek yang dibangun cukup membuatnya waswas. Dia memang sengaja membuat sumur bor itu untuk mengairi lahannya yang kering saat kemarau ini.

“Kalau dibiarkan begini [debit air yang besar] kami khawatir saat musim penghujan justru kesulitan membuangnya.”

Advertisement

Petani lain dari desa setempat, Mujiono, 70, menduga lumpur yang keluar di awal semburan air berasal dari sisa-sisa pengeboran.

“Kami sempat panik karena semburan air dan lumpur sangat tinggi. Saat ini sudah disumbat. Tapi kami belum tahu bagaimana caranya untuk mengendalikan semburan air,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif