Sport
Sabtu, 5 September 2015 - 02:25 WIB

US OPEN 2015 : Udara Panas New York Bikin Petenis Tumbang

Redaksi Solopos.com  /  Mulyanto Utomo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petenis Amerika Serikat Jack Sock memukul bola dari Ruben Bemelmans di tengah cuaca yang sangat panas. JIBI/Rauters/Mandatory Credit: Geoff Burke-USA TODAY Sports

US Open 2015 yang digelar bulan Agustus-September ini bersamaan dengan cuaca panas yang melanda kawasan New York tempat diselenggarakannya turnamen.

Solopos.com, NEW YORK—Cuaca panas yang mewarnai pelaksanaan Grand Slam US Open 2015 membikin sejumlah petenis tumbang. Kali terakhir yang menjadi korban adalah petenis tuan rumah, Jack Sock, yang terkapar saat bermain di babak kedua, di Grandstand, Jumat (4/9/2015) WIB.

Advertisement

Unggulan ke-28 ini ambruk ketika melakoni laga empat set melawan petenis Belgia, Ruben Bemelmans. Alhasil, Sock harus digotong ke pinggir lapangan demi mendapat perawatan medis. Petenis berusia 22 tahun itu tak mampu melanjutkan pertandingan saat kedudukan, 6-4, 4-6, 6-3, 1-2.

“Bermain di turnamen sebesar US Open adalah momen yang sangat penting bagi saya. Jadi, terpaksa berhenti karena hal ini merupakan sebuah kekecewaan yang sangat besar. Saya berterima kasih kepada semua pihak atas dukungannya,” ungkap Sock, dilansir espn.go.com.

Dua jam setelah pertandingan berakhir, keadaan Sock belum membaik. Muka petenis muda tuan rumah itu tampak merah dan tengah mendinginkan diri dengan segelas air es. Selain itu, ia masih berjalan tertatih-tatih di sekitar lapangan.

Advertisement

Apa yang dialami Sock bukan yang pertama terjadi di US Open kali ini. Bahkan, sebanyak 10 petenis tumbang gara-gara hal serupa di babak pertama. Demi mengatasi soal panas menyengat ini, tim petenis sampai menyiapkan handuk dingin yang bisa mereka gunakan saat istirahat di pinggir lapangan.

Hingga babak kedua, total sudah ada 14 pemain (12 putra dan dua putri) yang terkapar. Jumlah ini adalah yang terbanyak kedua sepanjang pelaksanaan grand slam. Para petenis jelas dibikin khawatir karena temperatur udara melebihi 90 derajat dengan tingkat kelembapan 40%.

“Ini sungguh hal yang buruk. Saat saya melakukan pemanasan di siang hari rasanya sudah seperti terbakar,” ungkap petenis tuan rumah lain, John Isner.

Advertisement

Meskipun korban berjatuhan, panitia penyelenggara tak lantas mengendurkan aturan soal waktu istirahat bagi para petenis yang tengah bermain. Terutama untuk petenis putri. Di putri WTA memang sudah menerapkan kebijakan break 10 menit di antara set kedua dan ketiga jika temperatur melebihi 86,2 fahrenheit. Tapi, tidak demikian dengan ATP (putra) yang belum mengadopsi soal perlunya beristirahat karena cuaca ekstrem.

Pemain sekelas Roger Federer seakan mendukung kebijakan ATP ini. Menurutnya, para petenis sudah kerap kali menyambangi Amerika Utara yang dikenal dengan cuaca panas saat pelaksanaan grand slam seperti ini. Hanya, mereka butuh persiapan yang lebih matang sebelum bertanding.

“Ini tidak seperti semua tiba-tiba menjadi panas. Saya kira itu tak bisa dijadikan alasan. Semua orang seharusnya mempersiapkan diri dengan baik,” jelas Federer. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/Solopos)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif