Jogja
Sabtu, 5 September 2015 - 14:20 WIB

KENAIKAN CUKAI : Perusahaan Rokok Mulai Kurangi Jam Kerja

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi, pemeriksaan cukai rokok (JIBI/Solopos/Dok.)

Kenaikan cukai dihadapi dengan mengurangi jam kerja

Harianjogja.com, BANTUL—Pabrik rokok di Bantul mulai mengurangi jam kerja karyawannya sebagai dampak kenaikan cukai rokok beberapa waktu terakhir. Pengurangan jam kerja di antaranya dilakukan PT. Cahaya Mulya Persada yang memproduksi rokok sigaret kretek tangan (SKT). PT. Cahaya Mulya Persada merupakan kelompok usaha produsen rokok ternama PT. Hanjaya Mandala Sampoerna (Tbk).

Advertisement

Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) PT. Cahaya Mulya Persada Giri Hendarto mengatakan, sejak bulan lalu perusahaan hanya menerapkan enam setengah jam kerja pada Senin-Jumat. Sedangkan Sabtu selama lima jam kerja. Sebelumnya perusahaan menerapkan jam kerja selama enam jam sehari pada Senin hingga Jumat.

Pengurangaran jam kerja dialami oleh 997 orang buruh. Namun Giri memastikan, pengurangan jam kerja tidak diikuti oleh pengurangan upah. Ratusan tenaga kerja itu tetap menerima penghasilan sesuai upah minimum kabupaten (UMK) yang ditetapkan pemerintah.

Pengurangan jam kerja dilakukan karena produksi rokok terus menurun seiring kenaikan cukai rokok yang diterapkan pemerintah. Perusahaan terpaksa menaikkan harga jual untuk menyesuaikan kenaikan cukai rokok. Padahal kenaikan harga berimbas pada volume penjualan. Seperti diketahui cukai rokok untuk SKT maupun sigaret kretek mesin (SKM) terus naik. Pada tahun ini pemerintah menargetkan penerimaan cukai sebesar Rp155,5 triliun.

Advertisement

“Kami berusaha tidak melakukan PHK [pemutusan hubungan kerja] tapi mengurangi jam kerja mulai 27 Juli 2015,” ungkap Giri Hendarto, Jumat (4/9). Perwakilan dari PT. HM Sampoerna, Sigit Ari Wibowo mengatakan, produksi rokok dari seluruh anak usaha group HM Sampoerna di Jogja turun sekitar 20% sejak tahun ini.

Produksi rokok turun dari 87 juta batang seminggu menjadi 68 juta batang. Penurunan penjualan dan produksi menurutnya juga dipicu masifnya kampanye antirokok yang selama ini dilakukan pemerintah dan lembaga nonpemerintah.

Beruntung, kata dia, krisis yang dialami perusahaan rokok akibat cukai, tidak bertambah akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini. Sebab 95% bahan baku rokok merupakan produk lokal. “Ada tembakau impor tapi porsinya sangat kecil, perusahaan lebih banyak terdampak kenaikan cukai rokok,” ujarnya lagi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif