Jogja
Sabtu, 5 September 2015 - 23:20 WIB

KEKERINGAN GUNUNGKIDUL : Petani Ingin Pembagian Jatah Air Dibuat Lebih Merata

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua petani di Desa Gejahan, Kecamatan Ponjong sedang mencangkul sawah dalam upaya penyuburan tanah. Foto diambil, Selasa (1/9/2015). (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Kekeringan Gunungkidul untuk pembagian jatah air dikeluhkan warga Gejahan.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Sejumlah petani di Desa Gejahan, Kecamatan Ponjong mengeluh terhadap pembagian air untuk pertanian di kawasan tersebut. Kekecewaan itu terjadi karena pasokan di hulu dengan hilir tidak sama, sehingga air tersebut tidak mencukupi untuk menyirami tanaman padi selama sepekan.

Advertisement

Padahal pengairan di kawasan itu hanya dilakukan dua kali selama sepekan. Untuk Selasa, pengairan dilakukan sepanjang hari, sementara itu pada Minggunya aliran hanya dilakuan setengah hari saja.

“Kalau seperti ini tanaman saya tidak bisa berkembang dengan baik, karena bidang sawah yang dimiliki tidak bisa terendam air dengan merata,” kata salah seorang petani di Desa Gejahan, Wasino kepada Harianjogja.com, Jumat (4/9/2015).

Advertisement

“Kalau seperti ini tanaman saya tidak bisa berkembang dengan baik, karena bidang sawah yang dimiliki tidak bisa terendam air dengan merata,” kata salah seorang petani di Desa Gejahan, Wasino kepada Harianjogja.com, Jumat (4/9/2015).

Dia menilai kejadian tersebut karena pembagian air yang kurang merata. Pemilih lahan di dekat sumber bisa mendapatkan jatah air lebih banyak, sementara yang berada di bawah pasokannya sangat minim sehingga berdampak terhadap perkembangan tanaman padi.

“Bagaimana mau rata, wong airnya banyak dialirkan di lahan-lahan yang ada di atas [di dekat sumber],” kata Wasino lagi.

Advertisement

Hal senada juga diungkapkan, Tukiman, petani lain di Desa Gejahan. Menurut dia, pasokan air yang mencukupi sangat berpengaruh terhadap panen yang dihasilkan. Kendati demikian, hal tersebut belum bisa dilakukan terutama bagi petani yang letak sawahnya jauh dari sumber. “Jatah kami hanya sisa-sisa air dari pemilik lahan di atas,” keluh Tukiman.

Dia pun berharap ada kebijakan dari Pemerintah Desa untuk membagi rata pasokan air ke petani. Selama ini, pembagiannya hanya pada jatah saluran irigasi, sedangkan untuk penyaluran ke sawah belum dilakukan pengaturan.

“Keluhan-keluhan ini baru sebatas mengerutu dan belum pernah ada cekcok antar petani,” ungkap kakek berusia 66 tahun ini.

Advertisement

Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani Gejahan Makmur, Ngatiman menampik adanya pembagian air yang kurang merata. Di musim tanam ketiga, seluruh petani mengalami masalah yang sama, yakni minimnya pasokan air ke sawah.

“Ini kan musim kemarau, jadi debit air yang mengalir berkurang. Coba saat musim hujan, tidak ada petani yang mengeluh karena pasokan air,” kata Ngatiman, kemarin.

Dia menjelaskan, jatah irigasi sudah dibuat sedemikian rupa sehingga pasokan air bisa merata. Hanya saja, menurut Ngatiman, kondisi di lapangan tidak bisa berjalan sesuai rencana, karena masing-masing petani saling berebut agar sawah mereka teraliri dengan merata.

Advertisement

“Kondisi saat ini yang dibutuhkan adalah saling pengertian, sehingga semua bisa berjalan bersama-sama, tanpa ada satupun yang merasa dirugikan,” tutur Ngatiman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif