Otomotif
Jumat, 4 September 2015 - 07:10 WIB

MOBIL NASIONAL : Mobil Listrik Selo Didanai Malaysia, Ini Kata Netizen

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mobil listrik Selo. (Facebook.com/Ricky Elson)

Mobil nasional Selo yang didanai Malaysia mendapat tanggapan beragam dari netizen.

Solopos.com, SOLO – Tak jelas nasibnya di Indonesia, mobil listrik Selo yang digadang-gadang jadi mobil nasional kini justru didanai Malaysia. Tak pelak, hal itu memicu tanggapan beragam dari para pengguna Internet (netizen).

Advertisement

Kabar dipinangnya mobil listrik Selo oleh Malaysia diungkapkan langsung oleh penciptanya, Ricky Elson, lewat jejaring sosial Facebook. Menurutnya, mobil listrik yang sempat mengangkat nama Dahlan Iskan itu dapat lebih berkembang jika didanai oleh Negeri Jiran.

“Ada keinginan keras mereka [Malaysia] utk pengembangan mobil listrik Selo bersama team kami. Ini pilihan jalan yg realistis untuk kami melanjutkan karya ini,” ungkap Ricky lewat Facebook, Minggu (30/8/2015).

Hingga Kamis (3/9/2015), tulisan Ricky mendapat lebih dari 1.200 komentar. Banyak netizen menyayangkan langkah yang diambil Ricky, namun tak sedikit pula yang mendukungnya demi masa depan teknologi di Indonesia.

Advertisement

“Tolong dong bang dipikir ulang. Mungkin pak Rizal Ramli bisa membantu Anda. Jgn diserahkan ke Malaysia dulu. Karena ini nanti akan jadi polemik panjang di masa depan,” tulis Danang Petualang di kolom komentar.

“Mas Ricky… mohon dengan hormat agar hal tersebut dapat dicegah. Mari kita perjuangan bersama,” kata Akhyari Hananto.

“Ga apa2.. jalan muter dulu ke sono, ntar juga balik ke kita lagi. Daripada di sini, di negeri sendiri, pengembang dan penggagasnya di kejar-kejar perkara,” ungkap Edy Waluyo.

Advertisement

“Lanjutkan! Jual karya ke negara lain sah sah saja. Krn faktanya negara ini kurang perhatian terhadap karya anak bangsa. Show must go on,” komentar Argado Arion.

Kendati Ricky memberi izin Malaysia untuk mendanai pengembangan mobil listrik Selo, pria yang sempat berkarya di Jepang selama 14 tahun itu mengatakan proses produksi tetap harus dilakukan di Indonesia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif