Jateng
Kamis, 3 September 2015 - 19:50 WIB

PRODUKSI PERIKANAN : Banyak Kapal Tak Melaut, Produksi Ikan Laut Diperkirakan Turun

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi pelelangan ikan hasil tangkapan. (JIBI/dok)

Produksi perikanan tangkap laut di Jawa Tengah diprediksi turun menyusul banyaknya kapal yang tak melaut. 

Kanalsemarang.com, PATI-Tingkat produksi perikanan tangkap laut di Provinsi Jawa Tengah pada 2015 diprediksi menurun menyusul banyak kapal yang tidak bisa melaut, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Lalu M. Syafriadi.

Advertisement

“Kami mencatat ada sekitar 1.062 unit kapal yang tidak bisa melaut akibat adanya pelarangan penggunaan alat tangkap ikan pukat hela dan tarik,” ujarnya ditemui usai mendampingi Tim Ombudsman RI di Kantor Paguyuban Mina Sentosa yang ada di Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Pati, Rabu (2/9/2015).

Sementara tingkat produksi ikan tangkap di laut, kata dia, pada tahun 2014 mencapai 240.000 ton.

“Jika 30 persennya dihasilkan oleh nelayan cantrang, maka potensi penurunannya tentu sebesar itu,” ujarnya.

Advertisement

Kondisi tersebut, kata dia, akan menimbulkan efek domino mulai dari pemasok bahan bakar untuk kapal, pedagang ikan di Tempat Pelelangan Ikan, pekerja serabutan di TPI hingga industri yang bahan baku utamanya dari ikan hasil tangkapan nelayan di laut.

Kebutuhan bahan bakar untuk setiap kapal, kata dia, berkisar antara Rp60 juta hingga Rp100-an juta disesuaikan dengan berat kapal dan jarak jangkauan untuk menangkap ikan.

“Sepintas terlihat perputaran uang yang biasanya cukup besar, saat ini dipastikan menurun,” ujarnya.

Advertisement

Untuk mengembalikan kondisi tersebut, kata dia, sedang diupayakan trobosan agar para nelayan untuk sementara tetap bisa melaut sambil menunggu waktu transisi sebelum benar-benar pindah ke alat tangkap yang memang diizinkan pemerintah.

Kesempatan tersebut, kata dia, bisa dimanfaatkan nelayan untuk mempersiapkan diri menggunakan alat tangkap ikan yang baru dengan mengumpulkan uang untuk membeli alat tangkap yang baru tersebut.

Komitmen nelayan memanfaatkan masa transisi tersebut, kata dia, perlu pembuktian sehingga bisa dijadikan alasan untuk memberikan kesempatan nelayan kembali melaut sambil menunggu kesiapan mereka mengganti alat tangkap yang diperbolehkan.

“Jika bisa kembali melaut, harapannya roda perekonomian masyarakat normal kembali dan pengangguran bisa teratasi,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif