Jateng
Rabu, 2 September 2015 - 10:50 WIB

PENGAWASAN MEDIA : KPID Meminta Televisi Memberikan Perhatian Kaum Difabel

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi difabel (istimewa)

Pengawasan media yang dilakukan KPID meminta televisi memperhatikan kaum difabel.

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah meminta kepada lembaga penyiaran publik televisi dan radio memberikan perhatian serius kepada penyandang difabel.

Advertisement

Komisioner KPID Jawa Tengah (Jateng) Asep Cuwantoro mengatakan selama ini perhatian dari lembaga penyiaran publik (LPP) terhadap difabel masih minim.

“Kami meminta agar LPP memberikan perhatian serius dengan memberikan kesempatan kepada difabel untuk tampil mengisi acara di televisi dan radio,” katanya kepada solopos.com di Semarang, Selasa (1/9/2015).

Advertisement

“Kami meminta agar LPP memberikan perhatian serius dengan memberikan kesempatan kepada difabel untuk tampil mengisi acara di televisi dan radio,” katanya kepada solopos.com di Semarang, Selasa (1/9/2015).

LPP lanjut dia harus memberikan perlakuan yang sama terhadap difabel atau penyandang cacat sebagaimana perlakuan terhadap orang normal.

Pasalnya, menurut Asep dengan tampil di telivisi atau siaran di radio merupakan bagian bentuk pemberdayaan difabel dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Advertisement

Padahal imbuh Asep UUD 1945 sudah memberikan perlindungan terhadap penyandang difabel. Hanya sayangnya UU No. 32/2002 tentang Penyiaran kurang memberikan tempat bagi kaum difabel.

“Komisi Penyiaran Indonesia [KPI] sebenarnya Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran [P3SP] sudah berupaya memberikan perlindungan kepada kaum difabel,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Yayasaan Sasana Integritas dan Advokasi Difabel (Sigapl) Joni Yulianto mengungkapkan media televisi belum memberlakukan penyandang difabel setara dengan masyarakat biasa.

Advertisement

Media televisi, menurut dia, belum memiliki agenda keberpihakan terhadap panyandang difabel. Joni mempunyai pengalaman dikejar reporter salah satu stasiun televisi untuk wawancara.

“Saya akan diangkat sebagai tokoh difabel pada salah satu program yang mengeksploitasi penyandang difabel. Saya tolak karena sampai tahapan menghina,” ungkap dia.

Joni berharap media masa bisa menjadi alat untuk mengkampanyekan kepedulian terhadap penyandang disabilitas. ”Media jangan sekadar menginformasikan tentang kecacatannya saja tetapi kiprah dari kaum difabel,” harap dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif