Kesejahteraan pekerja Solo, buruh menganggap UMK 2016 tak sebaik tahun ini.
Solopos.com, SOLO–Kalangan buruh di Solo pesimistis penentuan upah minimum kerja (UMK) 2016 mendatang bakal mengakomodasi kepentingan pekerja.
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Serikat Pekerja Nasional (SPN) Solo, Hudi Wasisto, mengatakan kondisi perekonomian saat ini tidak berpihak untuk kalangan pengusaha. “Melihat kondisi saat ini, kami realistis pengusaha bakal keberatan dengan kenaikan upah yang tinggi. Kami hanya berharap tetap ada kenaikan yang penting kebutuhan standar terpenuhi,” katanya ketika berbincang dengan Solopos.com, Senin (31/8/2015).
Hudi menyebutkan selain lesunya perekonomian nasional, peran kepala daerah sebagai salah satu penentu upah juga tidak optimal. “Tahun sebelumnya, bulan-bulan seperti ini [Agustus] wali kota sudah turun memberikan arahan. Sekarang kondisinya Solo dijabat penjabat wali kota dan akan melangsungkan pilkada. Kondisinya akan berat untuk pengusaha dan pekerja,” bebernya.
Pernyataan serupa disampaikan Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Solo, Purwanto. Dia menyebutkan besaran survei kebutuhan hidup layak (KHL) Agustus senilai Rp1.365.903 menjadi tolok ukur besaran UMK 2016 bakal naik tipis dari UMK 2015 Solo senilai Rp1.222.400.
“Survei KHL Agustus menjadi salah satu acuan penentuan. September, kami mulai ancang-ancang perhitungan prediksi sampai Desember dan masih ditambah besaran inflasi. Naiknya saya kira tidak terlalu signifikan dari ini [Survei KHL Agustus],” paparnya.
Secara terpisah, Ketua DPC Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992, Endang Setiowati, menilai survei KHL sebagai salah satu komponen penentu UMK sudah tidak realistis.