Jateng
Selasa, 1 September 2015 - 19:50 WIB

KONDISI EKONOMI : Cabai Rawit Masih Picu Inflasi Jateng

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja)

Kondisi ekonomi Jateng pada Agustus 2015 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen.

Kanalsemarang.com, SEMARANG– Komoditas cabai rawit masih pemicu terjadinya inflasi Jawa Tengah pada bulan Agustus, kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari.

Advertisement

“Sudah beberapa pekan terakhir ini harga cabai rawit terus mengalami kenaikan. Kondisi tersebut berdampak pada inflasi bulan Agustus sebesar 0,29 persen, meski demikian angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan Juli lalu yang mencapai 0,92 persen,” katanya di Semarang, Selasa (1/9/2015).

Selain cabai rawit, beberapa komoditas lain yang memberikan kontribusi terhadap terjadinya inflasi bulan Agustus di antaranya telur ayam ras, beras, dan daging ayam ras.

“Beberapa komoditas ini harganya belum mengalami penurunan semenjak naik jelang Lebaran lalu. Bahkan untuk daging ayam ras harganya juga terus naik,” katanya.

Advertisement

Sektor lain yang memberikan kontribusi terhadap inflasi yaitu perguruan tinggi. Meski di satu sisi biaya pendidikan sedikit memberikan kontribusi terhadap terjadinya deflasi, namun di sisi lain juga memberikan kontribusi terhadap inflasi.

“Ada sebagian masyarakat yang sudah mengeluarkan biaya untuk pendidikan pada bulan Agustus lalu, meski demikian ada sebagian yang masih menunggu di bulan-bulan depan,” katanya.

Meski berdampak pada terjadinya inflasi, pengaruh kenaikan harga beberapa komoditas tersebut tidak sebesar dengan pengaruh fluktuasi harga komoditas yang ditentukan oleh Pemerintah.

Advertisement

“Biasanya kenaikan maupun penurunan harga komoditas yang ditentukan oleh Pemerintah ini berpengaruh cukup besar terhadap terjadinya inflasi. Beberapa komoditas tersebut di antaranya BBM dan elpiji,” katanya.

Sementara itu, inflasi Jawa Tengah di bulan Agustus tersebut jauh di bawah angka inflasi nasional yang mencapai 0,39 persen. Menurut dia, penurunan tersebut merupakan dampak dari berkurangnya permintaan masyarakat untuk sektor jasa transportasi dan penurunan harga bawang merah.

“Bawang merah, angkutan udara, angkutan antar kota, tarif kereta api, dan angkutan dalam kota termasuk komoditas yang memberikan kontribusi terhadap terjadinya deflasi sehingga angka inflasi bisa ditekan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif