Soloraya
Senin, 31 Agustus 2015 - 08:45 WIB

WISATA RELIGI BOYOLALI : Stupa Gua Lawa, Jejak Ajaran Budha di Lereng Merbabu

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Marto Suwito, 82, sesepuh Dukuh Bodrosari di mulut Gual Lawa, Rabu (12/8/2015). (Kharisma Dita Retnosari/JIBI/Solopos)

Wisata religi Boyolali salah satunya Gua Lawa. Di gua itu terdapat sepasang stupa Budha.

Solopos.com, BOYOLALI — Gua Lawa terletak di RT 001/RW 001 Dukuh Bodrosari, Desa Ngadirojo, Ampel, Boyolali. Gua yang terletak di lereng Merbabu ini merupakan salah satu jejak ajaran Budha.

Advertisement

“Lumayan panjang sejarahnya, mulai dari stupa yang pernah dirusak sampai mulut gua yang pernah dikepung tentara karena disangka sarang PKI,” tutur  Siswoyo, 70, salah seorang sesepuh di RT 001/ RW 001 Dukuh Bodrosari, Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel, Boyolali, Jumat (14/8/2015).

Gelap, sempit, dan pengap. Kotoran kelelawar tersebar di sejumlah sudut ruangan gua. Lorong gua tersebut sedalam kurang lebih 7 meter dengan perpanjangan lorong menyempit berisi puluhan kelelawar yang sesekali beterbangan keluar masuk gua.

Advertisement

Gelap, sempit, dan pengap. Kotoran kelelawar tersebar di sejumlah sudut ruangan gua. Lorong gua tersebut sedalam kurang lebih 7 meter dengan perpanjangan lorong menyempit berisi puluhan kelelawar yang sesekali beterbangan keluar masuk gua.

Setidaknya itulah kondisi dalam gua Lawa yang di dalamnya terdapat sepasang stupa setinggi kurang dari setengah meter tersebut. Sekilas bentuknya memang mirip seperti yang biasa ditemukan pada bangunan-bangunan candi bercorak Budha di Indonesia.

Rute menuju gua harus ditempuh berjalan kaki sekitar 1 jam menanjak dengan pemandangan natural tebing dan jurang di antara rerumputan lereng Merbabu. Aroma khas tanaman Adas menyeruak di antara tanaman tembakau dan pepohonan cemara gunung.

Advertisement

Bersarung motif kotak kelabu-biru tua, sambil membenarkan posisi peci hitam di kepalanya, Siswoyo, sesepuh desa yang ditemui Solopos.com sebelum meninjau lokasi gua melangkah keluar dari pelataran masjid. Seusai menunaikan salat Duhur, dia pun mulai bercerita asal muasal Gua Lawa dengan sepasang stupa lambang Budhisme di dalamnya tersebut.

Kepada Solopos.com, dia mengatakan sebelum menjadi muslim dia beragama Budha. Sebagai salah satu saksi ritual Budha tempo dulu di Gua Lawa, dia bertutur tidak benar jika ada yang menganggap situs Gua Lawa tersebut sebagai situs klenik.

Meski ada akulturasi atau perbauran dengan budaya Jawa, tak mengurangi esensi nilai ajaran Budhisme kala itu. Dia menyayangkan kini situs tersebut banyak disalahgunakan untuk nepi atau bertapa.

Advertisement

“Puluhan tahun yang lalu itu jadi salah satu pusat tempat peribadatan Budha. Dulu hampir seluruh warga di sini beragama Budha. Yang datang beribadah juga tidak hanya warga seputaran sini saja, tapi juga dari luar karena wihara masih jarang. Memang selain ada sesaji, ritual peribadatannya juga menyesuaikan dengan adat Jawa, hanya di pasaran pon, wage, dan kliwon,” tutur dia.

Stupa

Sebenarnya, sepasang stupa yang merupakan wujud simbol suci agama Budha tersebut merupakan peninggalan Pramono, pemuka agama Budha dari Salatiga puluhan tahun silam.

Advertisement

Dia berujar meski kini dirinya menjadi muslim, dia menyayangkan upaya oknum tertentu yang berusaha merusak situs tersebut. Dia juga bercerita betapa dulu deru peluru dari puluhan senjata laras panjang tentara tak bisa keluar saat tentara memberondong mulut gua.

Sesepuh desa lainnya, Marto Suwito, 82, membenarkan cerita tersebut. “Dulu waktu bedil diarahkan ke gua tidak keluar, tapi begitu diarahkan di sebaliknya, mendadak peluru keluar semua,” cerita dia sambil menerawang, Rabu.

Terpisah, salah seorang warga pemeluk agama Budha yang juga ketua RT 001/ RW 001 Dukuh Bodrosari, Desa Ngargorojo, Trisno Sukadi, mengatakan sudah lama sekali dia tidak mengunjungi Gua Lawa. Menurutnya, Gua Lawa kini lebih sebagai jejak sejarah peribadatan Budha masa lalu. 

Diakuinya, lokasi yang terjal dan sulit dijangkau menjadi salah satu faktor mengapa umat Budha masa kini tak lagi menjadikan Gua Lawa untuk beribadah.

“Sekarang sudah ada beberapa bangunan wihara di dekat sini. Sebenarnya ibadah di Gua Lawa masih ada, hanya saja justru yang datang ke sana dari luar kota semua. Saya sendiri tidak pernah lagi datang ke sana, tidak tahu kondisinya sekaran seperti apa,” tukas dia saat dijumpai Solopos.com di rumahnya, Jumat (14/8).

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif