News
Senin, 31 Agustus 2015 - 23:35 WIB

PELEMAHAN RUPIAH : Angkutan Umum di Soloraya Makin Terpuruk

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bus angkutan penumpang (JIBI/Solopos/Dok.)

Pelemahan rupiah sudah dirasakan pengusaha angkutan di Soloraya.

Solopos.com, SOLO–Bisnis angkutan umum makin terpuruk dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini karena biaya operasional tinggi akibat kenaikan harga sparepart tapi penumpang sepi.

Advertisement

Ketua Organisasi Angkutan Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Solo, Joko Suprapto, menyampaikan setelah Lebaran biasanya penumpang sepi. Hal ini karena tidak banyak masyarakat yang melakukan aktivitas ke luar kota akibat lesunya perekonomian nasional. Menurut dia, penurunan penumpang bus jarak jauh tidak setajam bus kota yang langsung menurun drastis.

“Biasanya dalam kondisi seperti ini masih ada sekitar 65% armada yang dioperasikan tapi saat ini turun menjadi 40%,” ungkap Joko kepada Solopos.com, Senin (31/8/2015).

Pihaknya berharap pemerintah bisa memberi keringanan atau subsidi pinjaman karena selama ini perusahaan angkutan sulit untuk mencari pinjaman ke perbankan. Ketua Organda Wonogiri, Edy Purwanto, mengatakan hal yang sama. Menurut dia, perusahaan angkutan tidak dipercaya perbankan untuk pengajuan kredit karena terus menurunnya bisnis angkutan ini sehingga risikonya besar.

Advertisement

“Pelemahan nilai rupiah ini membuat perusahaan otobus [PO] makin terpukul karena harga sparepart dipastikan naik sekitar 55% dari nilai tukar dolar Rp9.000 menjadi Rp14.000. Sebanyak 65% sparepart yang digunakan merupakan produk impor. Padahal tarif angkutan umum tidak naik,” kata dia saat dihubungi secara terpisah.

Dia menyampaikan PO lebih memilih menahan tarif karena apabila dinaikkan berisiko akan semakin sepi penumpang. Menurut dia, kendaraan yang beroperasi saat ini turun banyak karena hanya tinggal 30%.  Dia mengatakan pengurangan armada yang dioperasionalkan ini karena untuk mengurangi pembengkakan biaya operasional.

Dia juga mengeluhkan masuknya PO besar dari luar kota yang semakin menekan PO lokal yang masih berskala kecil. Apalagi masa angkutan Lebaran yang diharapkan bisa lebih baik ternyata juga tidak seperti yang diharapkan akibat banyaknya mudik gratis.

Advertisement

Lebih lanjut, Joko mengatakan menolak kehadiran gojek. Menurut dia, apabila gojek hadir di Solo akan semakin memperburuk kondisi angkutan umum.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif