Jatim
Minggu, 30 Agustus 2015 - 06:05 WIB

TEMPE MADIUN : Perajin Madiun Terpaksa Tambah Biaya Produksi Tempe

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivitas industi rumahan tempe di Perumnas Manisrejo, Kota Madiun, Kamis (27/8/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Tempe Madiun terimbas langsung pelemahan nilai tukar rupiah.

Madiunpos.com, MADIUN — Sejumlah perajin tempe di Kota Madiun, Jawa Timur terpaksa menambah modal atau biaya produksi untuk mengantisipasi kenaikan harga kedelai impor yang menjadi bahan utama komoditas kerajinan mereka akibat melemahnya nilai tukar rupiah.

Advertisement

Upaya tersebut dilakukan perajin tempe di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Gumini, Jumat (28/8/2015), yang mengaku menambah modal hingga 20% untuk membeli bahan baku kedelai impor. “Beberapa hari terakhir harga kedelai impor naik akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Saya terpaksa menambah modal agar tetap dapat berproduksi,” ujar Gumini.

Menurut dia, harga kedelai impor di pasaran saat ini mencapai Rp7.300/kg. Padahal sebelumnya hanya mencapai Rp6.800/kg. Selain agar tetap berproduksi, penambahan biaya operasional tersebut juga bertujuan untuk menjaga kualitas tempe yang dihasilkannya.

Gumini menjelaskan, dalam sehari ia biasanya membutuhkan sekitar 250 kg hingga 300 kg kedelai untuk bahan baku. Kedelai-kedelai itu kemudian dibuat menjadi tempe dengan tiga ukuran, yakni ukuran 2 ons yang dijual dengan harga Rp2.000, ukuran 4 ons yang dijual Rp4.000, dan ukuran 6 ons yang dijual dengan harga Rp6.000.

Advertisement

Pihaknya sengaja tidak menaikkan harga jual tempenya, hal itu untuk menjaga para pelanggannya tidak beralih ke tempat lain. “Harga segitu sudah cukup mahal, tapi dijamin tempe saya enak. Saya tidak berani menaikkan harga karena takut diprotes pembeli,” kata dia.

Meski terpaksa mengeluarkan biaya operasional tambahan, ia berharap agar harga kedelai impor dapat segera turun dan stabil. Sebab, jika kondisi tersebut terus menerus berlangsung, dipastikan industri rumah tangga yang sudah digelutinya bertahun-tahun selama ini dapat gulung tikar.

“Kalau sudah bangkrut, kasihan para pekerja saya yang jumlahnya mencapai 21 orang. Mereka juga butuh kerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,” katanya.

Advertisement

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif