Jogja
Minggu, 30 Agustus 2015 - 02:20 WIB

MUSIM KEMARAU : Kemarau di Jogja Diperkirakan Sampai November

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Musim kemarau di Jogja diperkirakan sampai November

Harianjogja.com, JOGJA– Kepala BMKG DIY Tony Agus Wijaya mengatakan kekeringan yang terjadi di DIY sebagai dampak dari peristiwa Elnino yang terjadi di Samudera Pasifik.

Advertisement

Menurutnya, Elnino merupakan peristiwa alam dimana memanasnya suhu air laut meningkat dari biasanya. Meski peningkatan itu relatif kecil dari 1-2 derajat, namun karena volumenya besar bisa sampai ribuaan bahkan jutaan debit air laut meningkat.

“Dampaknya curah hujan kita berkurang karena berkumpul di suhunya lebih tinggi di Samudera Pasifik,” kata dia melalui sambungan telepon.

Menurut Tony peristiwa Elnino akan berakhir pada Desember mendatang. Namun, pada November akan ada curah hujan meski sedikit, berkurang dari musim hujan biasanya, kurangnya sampai 50%. “Akhir Agustus ini puncaknya kemarau, September kemarau meningkat, Oktober lebih meningkat lagi,” ujar Tony.

Advertisement

Tony mengatakan sebagai dampak dari Elnino, di DIY sudah merasakan kekeringan, bahkan dari hasil monitoring, beberapa wilayah sudah terjadi kekeringan, tidak ada hujan selama 80 hari berturut-turut, yang terjadi di Gunungkidul bagian selatan, dan Sleman bagian Utara. Sementara musim kemarau masih akan terjadi hingga tiga bulan mendatang.

Maka, Tony merekomendasikan perlu ada langkah-langkah siaga dari semua intansi untuk melakukan berbagai upaya mulai dari perbaikan irigasi, dropping air bersih dan menjaga sumber-sumber air yang masih bisa mengalir. Terutama di wilayah-wilayah yang secara alamiah kesulitan air bersih ditambah lagi dengan dampak Elnino. “Langkah siaga seluruh DIY perlu,” ujar Tony.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Burwono X telah merekomendasikan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membantu penanganan darurat kekeringan di tiga kabupaten di DIY. Ketiga kabupaten tersebut adalah Bantul, Kulonprogo, dan Gunungkidul.

Advertisement

“Surat rekomendasi Gubernur DIY sudah dikirim ke BNPB, kemarin,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Gusti Bendoro pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat di Kepatihan, Jumat (28/8/2015).

Yudhaningrat mengatakan status darurat kekeringan yang diajukan dari tiga kabupaten itu tidak semua wilayah, melainkan hanya titik-titik tertentu yang membutuhkan penanganan ekstra, karena ABPD kabupaten tidak mampu menanganinya.

Status darurat kekeringan dari tiga kabupaten ini, kemarin, masih dalam pembahasan di BNPB. Sekretaris BPBD DIY, Heru Suroso mengatakan tiga kabupaten yang darurat kekeringan untuk sementara saat ini masih terus dilakukan upaya dropping air bersih.

Menurutnya, status darurat yang ditetapkan oleh masing-masing pemerintah kabupaten ini juga atas kriteria yang direkomendasikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif